Problem Epistemologis tentang ilmu Problem metafisis



Yüklə 452 b.
səhifə10/10
tarix22.05.2018
ölçüsü452 b.
#45538
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10

9. Kematian analisis oposisi biner: model berpikir yang didasarkan atas analisis polaritas (oposisi biner) misalnya: laki-laki Versus Perempuan, benar versus salah, negara maju Vs negara terbelakang, model berpikir ini dianggap tidak lagi relevan, karena munculnya keanekaragaman/pluralitas posisi subyek atau manusia.



10. Lahirnya Gerakan sosial baru: akhir-akhir ini bermunculan berbagai gerakan akar rumput yang mendorong berbagai perubahan sosial progresif, seperti gerakan perempuan, gerakan perempuan kulit hitam, gerakan anti kolonialisme, gerakan lingkungan hidup, gerakan kaun lesbian, gay dan lain-lain.Gerakan ini tidak selalu tepat dengan analisis oposisi biner atau analisis hitam-putih, namun yang jelas gerakan ini menuntut perubahan sosial baru, menuntut penghargaan pada perbedaan etnis, budaya, agama dan lain-lain. Gerakan sosial baru ini sangat berkembang dalam kajian multikuturalisme.

  • 10. Lahirnya Gerakan sosial baru: akhir-akhir ini bermunculan berbagai gerakan akar rumput yang mendorong berbagai perubahan sosial progresif, seperti gerakan perempuan, gerakan perempuan kulit hitam, gerakan anti kolonialisme, gerakan lingkungan hidup, gerakan kaun lesbian, gay dan lain-lain.Gerakan ini tidak selalu tepat dengan analisis oposisi biner atau analisis hitam-putih, namun yang jelas gerakan ini menuntut perubahan sosial baru, menuntut penghargaan pada perbedaan etnis, budaya, agama dan lain-lain. Gerakan sosial baru ini sangat berkembang dalam kajian multikuturalisme.



11. Kritik terhadap narasi besar: Lyotard mengemukakan bahwa pada era postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/ cerita .agung sejarah seperti diungkapkan oleh Marx, dilektika Roh model Hegel, kemajuan yang dipercayai oleh modernitas sudah tidak relevan lagi. Posmodernitas lebih mempercayai pada polivokalitas, keanekaragaman daripada keseragaman, mengharagai perbedaan, dan interpersonal.. Posmodern menolak bentuk pemikiran yang monodimensional yang otoritarian. Posmodern menurut Lyotard lebih menekankan dan mempercayai narasi kecil tentang masalah sosial, cerita tentang masalah kehidupanm dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, bahasa yang bersifat lokal.

  • 11. Kritik terhadap narasi besar: Lyotard mengemukakan bahwa pada era postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/ cerita .agung sejarah seperti diungkapkan oleh Marx, dilektika Roh model Hegel, kemajuan yang dipercayai oleh modernitas sudah tidak relevan lagi. Posmodernitas lebih mempercayai pada polivokalitas, keanekaragaman daripada keseragaman, mengharagai perbedaan, dan interpersonal.. Posmodern menolak bentuk pemikiran yang monodimensional yang otoritarian. Posmodern menurut Lyotard lebih menekankan dan mempercayai narasi kecil tentang masalah sosial, cerita tentang masalah kehidupanm dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, bahasa yang bersifat lokal.

  • 12. Otherness (ke-liyan-an) : Pemikir postmodernis memberikan ruang dan penghargaan pada kelompok yang selama ini terpinggirkan (termarjinalkan). Penghargaan pada kel;ompok atau suara yang terpinggirkan selama ini, berkaitan erat dengan munculnya gerakan dan perjuangan hak-hak sipil serta penghargaan pada multikutural(isme) akhir-akhir ini.



    • Vattimo : Berakhirnya modernitas
    • Daniel Bell: Akhir ideology, Masyarakat postindustri
    • Francois Lyotard : matinya Metanarasi
    • Akhir dari Sosial, ( Jean Baudrillard)
    • Akhir dari Teori, Masyarakat Konsumer (Fredrich Jameson)
    • Matinya Logos ( Jacques Derrida)
    • Matinya Ilmu Pengetahuan (The End of Science)
    • Matinya Ilmu Ekonomi (Omerod)
    • Matinya Realitas (Leary)
  • (Yasraf 244).



  • Postmodernitas mengacu pd periode historis yang mengikuti era modern.

  • Postmodernisme mengacu pada produk cultural (seni, film, arsitektur, ilmu pengetahuan) yang berbeda dengan produk kultural modern

  • Munculnya teori social-budaya postmodern (subyektif, local, relative, mini-narrative) menggantikan atau melengkapi teori modern (obyektif, rasional, universal, grand-narrative).



1. Tipe Moderat: Postmodern(isme) sebagai lanjutan modern(isme). Kekurangan pada modernisme dicoba atasi oleh postmodernisme . Tokohnya J. Habermas, Daniel Bell (postindustrial Society)

  • 1. Tipe Moderat: Postmodern(isme) sebagai lanjutan modern(isme). Kekurangan pada modernisme dicoba atasi oleh postmodernisme . Tokohnya J. Habermas, Daniel Bell (postindustrial Society)

  • 2. Postmodernis ekstrem/Radikal: ada keterputusan antara masyarakat/pemikiran modern dengan postmodern. Tokoh yang termasuk ini: Francios Lyotard, Jean baudrillard, M. Foucault, J. Derrida, Gilles Deleuze, Felix Quattari, Richard Rorty

  • 3. Modern dan Posmodern sebagai pilihan dalam melihat/menjelaskan masalah social-budaya



1. Berubah dari ilmu pengetahuan universal (metanarasi, grandnarrative) ke narasi yang bersifat lokal mini/little narative)

  • 1. Berubah dari ilmu pengetahuan universal (metanarasi, grandnarrative) ke narasi yang bersifat lokal mini/little narative)

  • 2. Menolak rasionalitas yg universal. Rasionalitas selalu dikondisikan dalam narasi partikular, tradisi, dan intitusi dan praksis tertentu

  • 3.Posmodern menolak kesatuan, totalisasi, dan skema universal dengan merayakan pluralitas, perbedaan, fragmentasi, dan kompleksitas

  • 4. Menolak individu yg otonom dan rasionalitas yg transenden. Individu senantiasa terkait dengan lingkungan budaya, bahasa, sejarah



5. Postmodernis anti metafisika, dimana sejarah dan nilai-nilai diturunkan dari kepercayaan itu (ingat abad kegelapan).

  • 5. Postmodernis anti metafisika, dimana sejarah dan nilai-nilai diturunkan dari kepercayaan itu (ingat abad kegelapan).

  • 6. Pengetahuan kita tentang sesuatu merupakan konstruksi bahasa dan konstruksi sosial.

  • 7. Bahasa adalah konstruksi sosial, melaluinya kita berpikir, dan mengubah keberadaan kita.



Pluralistis

  • Pluralistis

  • Berjalan di atas perubahan yg konstan

  • Kurang dlm “otoritas universal”

  • Hieterarkhis & Permainan

  • Merujuk pada “Polivalensi penafsiran”

  • Dominasi media & Pesan-pesannya

  • Anti esensialis (semua tanda-tanda)

  • Didominasi pemirsa, pembaca



Tipe Legislator:

  • Tipe Legislator:

  • Memiliki kewenangan mengatasi perbedaan

  • Pendapat legislator benar & mengikat

  • Otoritas karane ilmu yg lebih unggul

  • Ilmuwan memiliki akses yg lebih baik pd ilmu

  • Ilmuwan pemilik kolektif atas pengetahuan yg dihasilkan

  • Ilmu dianggap berhubungan langsung dg perbaikan sosial

  • Ilmuwan tdk terikat dgn tradisi lokal serta menjastifikasinya.

  • Ilmuwan melakukan kontrol thdp aturan & aplikasi ilmu



Interpreter menafsirkan ide-ide dlm komunitas

  • Interpreter menafsirkan ide-ide dlm komunitas

  • Interpreter tidak berorientasi mencari ide terbaik, tujuannya utk memfasilitasi komunikasi bebas antar komunitas

  • Interpreter berusaha mencegah distorsi dlm komunikasi

  • Interpreter perlu pemahaman yg dalam & luas

  • Interpreter perlu menjaga keseimbangan antar tradisi yg berlawanan











1. Tokoh Posmodern radikal menolak modern: Francois Lyotard, Jacques Derrida, Michel Foucault, Jean Baudrilard. Paul Virilio. Tokoh postmodernisme radikal ini memfokuskan pemikirannya pada pengembangan model, teori sosial- budaya, pengetahuan dan wacana, serta praktek-praktek posmodern.

  • 1. Tokoh Posmodern radikal menolak modern: Francois Lyotard, Jacques Derrida, Michel Foucault, Jean Baudrilard. Paul Virilio. Tokoh postmodernisme radikal ini memfokuskan pemikirannya pada pengembangan model, teori sosial- budaya, pengetahuan dan wacana, serta praktek-praktek posmodern.

  • Para pemikir postmodern radikal/garis keras menyatakan bahwa teori totalitas, universalitas modern dipastikan akan membawa kemunduran dan dapat memicu tumbuhnya pemikiran totaliter dan politik kotor (Francois Lyotard).

  • Baudrrilard menyatakan bahwa dalam masyarakat yang sangat terpecah (hyperfragmented) dan masyarakat yang dibanjiri media tidak mungkin untuk menyatakan mana yang hayalan dan mana yang kenyataan, mana tanda (signs) dan mana penanda (signifier), alhasil seseorang tidak bisa membuat perbedaan, penghubungan, dan analisis yang sistematis yang sebelumnya merupakan ciri teori sosial klasik (modern).

  • Bagi aliran Posmodernisme keras, realitas sosial tidak bisa didefinisikan dan dipetakan, hal yang terbaik yang mungkin kita bisa lakukan adalah tinggal dalam serpihan-serpihan sebuah perpecahan dalam tatanan masyarakat (Steven Best, 272).



2. Tipe posmodernis yang moderat yang menyatakan bahwa postmodern itu hanya lanjutan dari modernitas. Jurgen Habermas, David Hervey, fredrich Jameson, Daniel Bell. Pemikir ini masih menggunakan konsep modern (misalnya Marxisme) untuk menganalisis bentuk sosial-budaya postmodern. Kelompok ini tidak terlalu mempertentangkan apakah Nietszche, Marx modernis atau posmodernis. Yang jelas dalam pemikiran Nietzsche dan Marx sudah terkandung pemikiran postmodern yang sekarang disebut poskapitalisme, dan masyarakat konsumer. Jameson mengembangkan konsep marxisme dalam posmodernitas, serta menyatakan bahwa ia bukan menolak dan mendukung posmodernisme (Jameson, 1991). Karya Michel Ryan, Marxism and Deconstructionism (1982), adalah satu karya yang baik sekali yang menunjukkan betapa Teori Kritis dan Posmodernisme sebagai dua teori yang saling memperkaya, sehingga menghasilkan perpaduan teoritis yang menarik.

  • 2. Tipe posmodernis yang moderat yang menyatakan bahwa postmodern itu hanya lanjutan dari modernitas. Jurgen Habermas, David Hervey, fredrich Jameson, Daniel Bell. Pemikir ini masih menggunakan konsep modern (misalnya Marxisme) untuk menganalisis bentuk sosial-budaya postmodern. Kelompok ini tidak terlalu mempertentangkan apakah Nietszche, Marx modernis atau posmodernis. Yang jelas dalam pemikiran Nietzsche dan Marx sudah terkandung pemikiran postmodern yang sekarang disebut poskapitalisme, dan masyarakat konsumer. Jameson mengembangkan konsep marxisme dalam posmodernitas, serta menyatakan bahwa ia bukan menolak dan mendukung posmodernisme (Jameson, 1991). Karya Michel Ryan, Marxism and Deconstructionism (1982), adalah satu karya yang baik sekali yang menunjukkan betapa Teori Kritis dan Posmodernisme sebagai dua teori yang saling memperkaya, sehingga menghasilkan perpaduan teoritis yang menarik.



3. Kelompok ketiga yang menyatakan bahwa postmodernitas sebagai perspektif alternative, paradigma alternatif yang dapat kita jadikan sebagai alternative untuk memahami dan penyelesaian masalah secara baru. Tokohnya antaralain Barry Smart, dan oleh Ritzer dimasukkan Francois Lyotard yang menurut penulis Lyotard lebih cendrung masuk dalam postmodernisme radikal (Ritzer, George, 2003; 18). Penggunaan istilah posmodern setelah tahun 1970-an kita temukan dalam berbagai bidang, yakni: seni rupa, arsitektur, politik, sastra, antropologi, sosio-logi, feminisme, psikologi, filsafat dan lain-lain. Istilah posmo-dern digunakan secara luas dengan pengertian yang agak longgar bahkan cenderung ambigu dan seakan-akan “memayungi” ber-bagai aliran pemikiran yang satu sama lain tidak selalu ber-kaitan. Kekaburan itu juga terdapat pada pemakaian awalan ‘pos’ dan akhiran ‘isme’ pada (pos-) modern (isme) yang biasa-nya dibedakan dengan istilah posmodernitas.

  • 3. Kelompok ketiga yang menyatakan bahwa postmodernitas sebagai perspektif alternative, paradigma alternatif yang dapat kita jadikan sebagai alternative untuk memahami dan penyelesaian masalah secara baru. Tokohnya antaralain Barry Smart, dan oleh Ritzer dimasukkan Francois Lyotard yang menurut penulis Lyotard lebih cendrung masuk dalam postmodernisme radikal (Ritzer, George, 2003; 18). Penggunaan istilah posmodern setelah tahun 1970-an kita temukan dalam berbagai bidang, yakni: seni rupa, arsitektur, politik, sastra, antropologi, sosio-logi, feminisme, psikologi, filsafat dan lain-lain. Istilah posmo-dern digunakan secara luas dengan pengertian yang agak longgar bahkan cenderung ambigu dan seakan-akan “memayungi” ber-bagai aliran pemikiran yang satu sama lain tidak selalu ber-kaitan. Kekaburan itu juga terdapat pada pemakaian awalan ‘pos’ dan akhiran ‘isme’ pada (pos-) modern (isme) yang biasa-nya dibedakan dengan istilah posmodernitas.



Dalam buku The Coming of Postindustrial Society, ia mengemukakan beberapa elemen perubahan dalam masyarakat, antara lain:

  • Dalam buku The Coming of Postindustrial Society, ia mengemukakan beberapa elemen perubahan dalam masyarakat, antara lain:

  • Dalam bidang ekonomi; perubahan dari keunggulan barang-barang produksi ke pelayanan (jasa). Pelayanan/jasa itu terlihat pada: bisnis eceran, perbankan, kesehatan, pendidikan, penelitian, serta pelayanan pemerintahan sebagai hal penting dan menentukan dalam masyarakat postindustri.

  • Hadirnya pekerjaan professional dan teknis yang kini menguasai lapangan kerja. Pada Era posindustri peran para ilmuwan dan teknisis menjadi sangat penting dan dominant. Pada era ini ilmu pengetahuan (capital intelektual) dianggap sebagai modal utama, menggantikan peran uang pada era modern.



Pengetahuan teoritis menjadi esensial bagi masyarakat industri. Ada keterkaitan erat antara teori dengan praksis. Ilmu pengetahuan menjadi sumber utama perubahan struktural dalam masyarakat, perubahan dan inovasi dalam hubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan publik, sesungguhnya didorong oleh perubahan dalam karakter ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan (teoritis) telah mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan, berkembangnya teknologi intelektual baru, terciptanya penelitian-penelitian sistematik di dunia perguruan tinggi dan lembaga lain yang didukung anggaran penelitian oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar (Bell, 1973: 44).

  • Pengetahuan teoritis menjadi esensial bagi masyarakat industri. Ada keterkaitan erat antara teori dengan praksis. Ilmu pengetahuan menjadi sumber utama perubahan struktural dalam masyarakat, perubahan dan inovasi dalam hubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan publik, sesungguhnya didorong oleh perubahan dalam karakter ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan (teoritis) telah mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan, berkembangnya teknologi intelektual baru, terciptanya penelitian-penelitian sistematik di dunia perguruan tinggi dan lembaga lain yang didukung anggaran penelitian oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar (Bell, 1973: 44).



Masyarakat posindustri berorientasi pada prediksi dan kontrol atas teknologi serta berbagai dampaknya. Bell melihat peran besar dari “peramalan dan kontrol” serta teknik-teknik pemetaan yang melahirkan sejarah baru ekonomi, karena lebih memungkinkan ekonomi dan kemajuan yang terencana, sehingga memperkecil ketidak menentuan ekonomi dan masa depan.

  • Masyarakat posindustri berorientasi pada prediksi dan kontrol atas teknologi serta berbagai dampaknya. Bell melihat peran besar dari “peramalan dan kontrol” serta teknik-teknik pemetaan yang melahirkan sejarah baru ekonomi, karena lebih memungkinkan ekonomi dan kemajuan yang terencana, sehingga memperkecil ketidak menentuan ekonomi dan masa depan.

  • Pengambilan “kebijakan” ikut menciptakan sebuah “teknologi intelektual” baru seperti: teori informasi, sibernetika, teori keputusan, teori permainan, teori daya guna, proses-proses yang melibatkan variable yang bervariasi (Giddens, 1973: 29).



Gagasan Teori Kritis:

  • Gagasan Teori Kritis:

  • Pada Teori kritis sudah dikemukakan kritik tokohnya pada ilmu pengetahuan & Kebudayaan modern.

  • Max Horkheimer & Theodor Adorno, Dialectic of Enlightenment (1944) mengkritik dorongan untuk menguasai alam dan dominasi kapitalisme lanjut adalah satu bentuk fasisme barbar dan irasional. Teori kritis sudah tidak mempercayai Narasi modern.

  • Melalui buku itu Habermas membedakan:

  • a) tindakan instrumental & strategis: tujuannya keberhasilan dlm relasinya dengan lingkungan (fisik-sosial)

  • B) tindakan komunikatif: tujuan bukan kepentingan ehois, tapi untuk mendapatkan saling pemahaman

  • Habermas melalui teori komunikatifnya mengusulkan untuk menggantikan subyektivitas & rasionalitas yang monologis dengan konsep yang dialogis

  • Habermas sudah mengemukakan tentang keberagaman rasionalitas & diskursus. Tanpa terjebak pada relativisme/skeptisisme dgn asumsi: rasionalitas komunikatif karena pencapaian kesepahaman tanpa tekanan diantara subyek yang bertemu & bertindak. (Habermas masih mempercayai keunggulan rasionalitas- Neonitszchean justru melihat kekurangannya).





Jaen Francois Lyotard

  • Jaen Francois Lyotard

  • Jacques Derrida

  • Michel Foucault

  • Richard Rorty

  • Jean Baudrillard

  • Gillesd Deleuze & Guattari

  • Anthony Giddens

  • Pierre Baourdieu

  • Dll.



Lahir di Versailles tahun 1924-

  • Lahir di Versailles tahun 1924-

  • Belajar Filsafat dan sastra di Sorbonne

  • Ia dipengaruhi oleh Kant , Husserl (buku pertamanya La phenomenologie (1954)

  • Ia pernah mengajar di Algeria, pengalaman ini membuatnya menjadi seorang ilmuwan & politisi yg radikal. Skembalinya di Prancis ia bergabung dengan kelompok Socialisne ou Barbarie (kiri dan anti perang. Ia mengritik dan menyatakan Marxisme tidak lagi memadai. Tahun 1966 Ia keluar dari Socialisme ou Barbarie

  • Ia menjadi dosen di Universitas Nanterre dan aktif terlibat dlm gerakan mahasiswa 1968 dan politik oposisi



Tahun 1971 ia menyelesaikan Disertasinya Discourse Figure dan ia diangkat menjadi profesor filsafat di Vincennes University.

  • Tahun 1971 ia menyelesaikan Disertasinya Discourse Figure dan ia diangkat menjadi profesor filsafat di Vincennes University.

  • Karyanya:

  • 1. Discours Figure (1971)

  • 2. Derive a partirr de Marx et Freud (1973),

  • 3. Des dispositifs pulsionels (1973)

  • 4. Economic Libidinale (1974)

  • 5. The Postmodern Condition



Antifundasionalisme itu dapat dimengerti sebagai berikut:

  • Antifundasionalisme itu dapat dimengerti sebagai berikut:

  • 1. Antifundasionalis dalam teori sosial-budaya dan filsafat me-negaskan bahwa meta-narasi yang dijadikan fundasi dituntut dalam modernitas Barat dengan universalitas dan hak-hak isti-mewanya dalam gagasan mengenai ilmu pengetahuan, humanisme, sosialisme dan lain-lain adalah cacat, karena itu kita harus mencoba untuk menghasilkan mode pengetahuan yang lebih sensitif terhadap berbagai bentuk perbedaan. Hal ini dimungkinkan ketika para intelektual mengganti peran mere-ka sebagai legislator kepercayaan menjadi seorang interpre-ter (Lyotard, 1984, Keller, 1988, Bauman, 1988).( 234).



Pemberian hak istimewa pada hal-hal yang bersifat lokal dan vernakuler (daerah), ini diterjemahkan sebagai seorang demokrat dan populis yang menghancurkan hierarkhi simbolik di kalangan akademisi dan intelektual serta seni (perbedaan seni tinggi dan populer).

    • Pemberian hak istimewa pada hal-hal yang bersifat lokal dan vernakuler (daerah), ini diterjemahkan sebagai seorang demokrat dan populis yang menghancurkan hierarkhi simbolik di kalangan akademisi dan intelektual serta seni (perbedaan seni tinggi dan populer).
    • Peralihan dari bentuk upaya diskursif ke arah bentuk budaya figural yang tampak dalam penekanan dan imaji visual dan bukan kata-kata, proses primer ego dan bukan proses sekunder, apresiasi dengan cara membenamkan/ melibatkan diri dan bukan dengan cara mengambil jarak dari penonton yang tidak memihak (Lash, 1988),
    • Aspek ini ditangkap sebagai fase “budaya dangkal posmodern”
    • (Jameson, 1984).


Yüklə 452 b.

Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©www.genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə