Problem Epistemologis tentang ilmu Problem metafisis



Yüklə 452 b.
səhifə2/10
tarix22.05.2018
ölçüsü452 b.
#45538
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10

Stephen Korner, Fundamental Questions in Philosophy: One Philosopher’s Answer, 1971,278-280 (Philosophical replection will cease only when non-philosophical reflection too is at its end” (pemikiran filsafat berhenti hanya bilamana pemikiran no-filsafat juga tiba pada akhir (kematiannya)”



Positivisme bertujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan dengan fundasi yang kuat dan terpercaya. Ajaran dasar positivisme antara lain:

  • Positivisme bertujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan dengan fundasi yang kuat dan terpercaya. Ajaran dasar positivisme antara lain:

  • Dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahui

  • Penyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat diketahui, karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebab itu (misalnya apakah alam diciptakan atau alam terjadi dengan sendirinya berada di lusar jangkauan indrawi).

  • Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan pada fakta tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal.

  • Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat diketahui.

  • Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan sosial (Osborne, 2001, 134-135).



Prosedur penelitian empiris-eksperimental Comte dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • Prosedur penelitian empiris-eksperimental Comte dapat dirumuskan sebagai berikut:

    • Observasi: meneliti dan mencari hubungan antara fakta-fakta, lalu meninjaunya dari hukum statika dan dinamika sosial. Dari Observasi dapat dirumuskan hipotresa yang akan dibuktikan melalui penelitisan.
    • Eksperimen: fenomen sosial dengan cara tertentu diintervensi cara tertentu, sehingga dengan demikian dapat dijelaskan sebab-akibat fenomena masyarakat ( Misalnya studi tentang pathologi dan keresahan) dan mendapat pemahaman tentang bagaimana masyarakat yang normal.
    • Perbandingan (komparasi) dan metode historis, misalnya dalam biologi dikenal anatomi komparatif. Dalam sosiologi studi komparatif bisa dilakukan antara dua masayarakat/kebudayaan (studi antropologi) atau antara dua periode dalam masyaratakt tertentu (sosiologi historis). Metode historis dimaksudkan adalah penelusuran terhadap hukum-hukum yang menguasai petkembangan pemikiran manusia.




Soberg dan Nett ,mengemukakan berberapa asumsi-asumsi yang teradapat dalam metode ilmiah antara lain:

  • Soberg dan Nett ,mengemukakan berberapa asumsi-asumsi yang teradapat dalam metode ilmiah antara lain:

  • Bahwa ada peristiwa atau fenomena yang terjadi secara berulang kembali atau peristiwa yang mengikuti alur/pola tertentu.

  • Ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.

  • Ada keyakinan bahwa pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya bagi kebenaran ilmu pengetahuan.

  • Ada tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan fenomena sosial dan manusia.

  • Ada asumsi yang berkaitan dengan pengamat, antara lain:

  • Dorongan untuk memperolah pengetahuan sebagai alat memperbaiki kehidupan manusia.

  • Pengamat/peneliti mampu menarik hakekat yang ada pada fenomena yang diteliti.

  • Masyarakat ilmiah mendukung metode empiris sebagai dasar pencarian ilmu pengetahuan (Chadwick, 1991: 14).



Makna verfikasi adalah:

  • Makna verfikasi adalah:

  • Satu proposisi hanya berarti bila proposisi itu dapat dibuktikan benar-salahnya. Misalnya, kalau saya katakan, bahwa , ada tuyul di dalam kelas, atau Si Ali sakit karena santet, maka pernyataan itu dinyatakan tidak ilmiah karena tuyul dan santet itu tidak dapat diverifikasi (tidak dapat dibuktikan).

  • Ada bentuk-bentuk kebenaran logis dan bentuk-bentuk kebenaran faktual. Kebenaran logis dan matematis adalah kebenaran yang sifatnya rasional, sedangkan kebenaran faktual jastifikasinya (pembenarannya) adalah verifikasi fakta yang dapat dilakukan oleh orang yang indranya baik (normal).

  • Kebenaran faktual hanya dapat dibuktikan melalui pengalaman indrawi (verifikasi). (bandingkan dengan Osborne, 2001; 149).

  • Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan asumsi-asumsi yang terkandung dalam paradigma positivisme itu melalui tabel berikut, (bandingkan dengan Smith, 1998; 76,. Lubis, ):







Dari penelitian yang dilakukan Durkheim dapat ditarik lima aturan fundamental dalam metodenya ( lihat Giddens, Anthony, Daniel Bell, dan Michel Forse’ Cs. (2004, 47) yaitu:

  • Dari penelitian yang dilakukan Durkheim dapat ditarik lima aturan fundamental dalam metodenya ( lihat Giddens, Anthony, Daniel Bell, dan Michel Forse’ Cs. (2004, 47) yaitu:

  • 1. Mendefinisikan obyek yang dikaji secara obyektif.

  • Obyek dan focus penelitian adalah peristiwa (fenomena) masyarakat yang dapat diobservasi yang berada di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka dan terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi. Misalnya Durkheim merumuskan definisi tujuan pendidikan sebagai berikut, “Pemdidikan adalh tindakan yang dilaksanakan oleh generasi-generasi dewasa kepada generasi yang belum dewasa dalam kehidupan sosial. Pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelektual dan moral pada anak seperti yang dituntut masyarakat politik terhadap si anak dalam keseluruhan dan lingkungan sosial yang diperuntukkannya”


  • Yüklə 452 b.

    Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4   5   6   7   8   9   10




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©www.genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə