Mat-Edukasia | Vol. 7 No. 1, April 2022 | e-ISSN: 2656-5552 p-ISSN: 2301-870X
16
format yang sesuai. Apalagi selama ini
banyak sekolah yang belum pernah sama
sekali melakukan pembelajaran secara
daring. Kurang tersedianya sarana dan
prasarana untuk menunjang pembelajaran
daringpun masih menjadi kendala. Belum
lagi kondisi siswa yang tidak semuanya
memiliki
perangkat
laptop/handphone
sebagai alat untuk pembelajaran daring.
Kondisi pembelajaran di MAN 1
Bungo memungkinkan untuk dilakukan
pembelajaran daring, karena di sekolah telah
tersedia jaringan yang bisa dimanfaatkan
oleh guru. Para siswa juga sudah memiliki
laptop
atau
handphone
yang
sudah
dilengkapi dengan koneksi internet. Melihat
kondisi ini, guru dituntut merancang
pembelajaran daring yang paling efektif,
selain itu perlu juga dirancang materi dan
media yang interaktif yang bisa diakses
secara online. Pemilihan model yang tepat,
materi yang dirancang dengan baik, dan
media untuk menyampaikan materi tersebut
bersifat interaktif dapat menjadi alternatif
pembelajaran yang efektif. Hal ini juga
berpengaruh terhadap keaktifan siswa dalam
belajar, khususnya pada mata pelajaran
matematika.
Dalam
pembelajaran
matematika
dibutuhkan keaktifan yang tinggi, baik oleh
siswa maupun guru. Peran guru yang
inovatif dibutuhkan sebagai fasilitator agar
dapat membantu siswa mengembangkan
potensinya untuk mendapatkan pengetahuan
dan pengalaman baru selama proses
pembelajaran. Hal ini dapat dicapai jika
pembelajaran didesain dengan menarik
sehingga efektif digunakan. Gafur (2012)
menyatakan
bahwa
kualitas
dari
pembelajaran salah satunya ditentukan oleh
kemenarikan desain pembelajaran yang
disusun secara sistematis. Termasuk dalam
hal ini adalah media yang digunakan dalam
pembelajaran.
Media
yang
akan
digunakan
merupakan bagian yang terpenting dalam
proses desain pembelajaran. Melalui media
ini, pesan dari guru ke siswa akan
tersampaikan
dengan
efektif.
Dalam
penelitian ini, media pembelajaran yang
dirancang yaitu e-modul yang didesain
menggunakan aplikasi
canva. Salah satu media yang banyak
digunakan adalah modul bahan cetak. Modul
pembelajaran
merupakan
suatu
paket
program pembelajaran yang disediakan bagi
siswa untuk belajar mandiri di manapun dan
kapanpun. Apabila siswa kurang memahami
penjelasan materi oleh guru, maka siswa
bisa mengulang kembali materi tersebut di
rumah. Menurut Daryanto & Aris (2014)
modul merupakan seperangkat bahan ajar
yang dapat disajikan secara sistematis
sehingga penggunanya bisa belajar dengan
atau tanpa seorang fasilitator. Di sisi lain,
Depdiknas (2008) menjelaskan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan modul
memungkinkan
siswa
yang
memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih
cepat menyelesaikan satu atau lebih
kompetensi dasar dibandingkan oleh siswa
lainnya.
Modul
pembelajaran
juga
bermanfaat bagi guru, yaitu guru tidak perlu
lagi membacakan semua materi yang
disampaikannya untuk siswa, sehingga
waktu yang terbuang untuk mencatat
sebelumnya bisa dimaksimalkan dengan
melakukan pendalaman materi atau dengan
melakuakan
diskusi
kelompok
dan
pembahasan soal latihan.
Modul pembelajaran yang diterapkan
harus mempermudah dalam penyampaian
informasi, sehingga siswa bisa lebih aktif
ketika pembelajaran sedang berlangsung.
Ada tiga teknik yang dapat dipilih dalam
menyusun modul menurut Prastowo (2011),
yaitu: 1) Menulis sendiri (
Starting from scratch ) modul ditulis sesuai dengan yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran,
2)
Pengemasan
kembali
informasi
(
information Repackaging ) Penyampaian
materi dan informasi dalam modul dikutip
dari buku-buku yang berkaitan dengan
materi pembelajaran, 3) Penataan Informasi
(
Complication ) Cara ini hampir sama
dengan cara kedua yaitu informasi diambil
dari buku teks, buku penelitian, artikel,
jurnal dan lain lain. Dengan kata lain,
materi-materi tersebut dikumpulkan, dan
digunakan secara langsung.
Pemimaizita, S.Pd | Mat-Edukasia: Jurnal Pendidikan Matematika