Fagositosis oleh basofil sangat terbatas. Basofil muncul utamanya pada
aktivitas peradangan langsung dengan mekanisme yang hampir sama seperti yang
dilakukan oleh sel mast. Mekanisme terjadinya ikatan antara imunoglobulin E
(IgE) pada membran sel basofil membentuk ikatan Fc reseptor sel permukaan
yang mirip dengan terjadinya pada sel mast. Ikatan reseptor tersebut akan
berikatan dengan antigen sehingga dapat menyebabkan pelepasan isi granul
(Samuelson 2007).
Monosit
Monosit adalah leukosit terbesar diantara jenis leukosit lainnya. Monosit
berdiameter 15 sampai 20 m dan berjumlah 3 sampai 9% dari total leukosit.
Monosit memiliki nukleus yang berbentuk lonjong, seperti ginjal atau tapal kuda.
Monosit menjadi sulit dibedakan dengan adanya transisi antara limfosit kecil dan
besar, karena terdapat kemiripan pada bentuk nucleus, terutama pada ulas darah
sapi (Dellmann & Brown 1992). Nukleus monosit memiliki warna yang lebih
pucat dari limfosit, sitoplasma lebih banyak dari limfosit dan berwarna biru abu-
abu pucat. Butir azurofilik yang halus seperti debu juga sering ditemukan. Secara
ultrastruktur, sitoplasma mengandung banyak lisosom dengan berbagai stadium
aktivitas (lisosom primer dan sekunder), retikulum endoplasma kasar, polisom,
mitokondria, dan glikogen.
Gambar 4 Monosit (Handayani 2008)
Peran monosit hampir sama dengan neutrofil, yaitu sebagai fagositik yang
berkemampuan memakan antigen, seperti bakteri. Perbedaan monosit dengan
neutrofil adalah neutrofil bekerja untuk mengatasi infeksi yang akut, sedangkan
monosit mulai bekerja pada infeksi yang tidak terlalu akut seperti tuberkulosis
(Frandson 1992). Monosit dalam darah tidak pernah mencapai dewasa penuh
sampai bermigrasi ke jaringan menjadi makrofag (Aspinall & O’Reilly 2004) dan
menetap di jaringan, seperti pada sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru-paru,
dan jaringan limfoid. Selain sebagai makrofag, monosit juga berperan dalam
sistem imun. Kontak yang dekat antara permukaan limfosit dan monosit
diperlukan untuk respon imunologis yang maksimal (Dellmann & Brown 1992).
Monosit berada di dalam darah hanya beberapa hari, tetapi saat meninggalkan
pembuluh darah dan memasuki jaringan akan bertahan sampai berbulan-bulan
(Samuelson 2007).
Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit yang juga memiliki jumlah bervariasi pada
spesies hewan. Limfosit memiliki jumlah yang dominan pada total leukosit
ruminansia, tikus, dan mencit, yaitu mencapai 60-70%. Pada anjing, kucing, dan
kuda, jumlah limfosit berkisar antara 40 sampai 60% (Dellmann & Eurell 1998).
Limfosit dibentuk di jaringan limfoid, meskipun berasal dari sel batang primordial
di sumsum tulang (Aspinall & O’Reilly 2004).
Limfosit memiliki ukuran dan penampilan yang bervariasi. Limfosit
memiliki nukleus yang relatif besar, berbentuk bulat atau sedikit berlekuk, yang
dikelilingi oleh sitoplasma. Pada sediaan ulas darah yang telah diwarnai dapat
terlihat adanya limfosit besar dan limfosit kecil. Limfosit kecil berdiameter 6
sampai 9
m, memiliki nukleus yang besar yang kuat mengambil warna,
sitoplasma sedikit dan berwarna biru pucat. Limfosit besar berdiameter 12 sampai
15 m, nukleus lebih besar dan sedikit pucat jika dibandingkan dengan limfosit
kecil, sitoplasma lebih banyak. Limfosit besar memiliki apparatus Golgi yang
lebih jelas, sitoplasma dan mitokondria yang lebih besar, serta poliribosom yang
lebih banyak dibandingkan dengan limfosit kecil (Dellmann & Brown 1992).
Fungsi utama limfosit yaitu sebagai respon terhadap adanya antigen
dengan cara membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam
pengembangan imunitas seluler (Frandson 1992). Limfosit bertanggung jawab
dalam respon imun spesifik dan terdiri atas dua tipe sel yaitu sel B dan sel T. Sel
B memproduksi antibodi dan berperan dalam humoral immunity, sedangkan sel T
berperan dalam cellular immune response (Aspinall & O’Reilly 2004). Samuelson
(2007) menyebutkan bahwa berdasarkan fungsi dasar, limfosit dapat
dikategorikan menjadi tiga tipe yaitu sel yaitu sel T, sel B, dan sel natural killer
(NK). Ketiga tipe sel tersebut tidak dapat dibedakan hanya dengan mikroskop
cahaya. Untuk membedakan ketiga sel tersebut, maka dapat digunakan metode
imunohistokimia yang dapat menunjukkan perbedaan dari reseptor permukaan sel
tersebut (Samuelson 2007).
Gambar 5 Limfosit (Hoffbrand 2006)
Sel T merupakan sel yang paling banyak yaitu sekitar 60-70% dari total
limfosit darah dan berperan dalam imunitas seluler. Sel B memiliki jumlah yang
sedikit yaitu 10-12% dari total limfosit darah dan beberapa diantaranya tumbuh
menjadi sel plasma yang berperan dalam pembentukan antibodi (Dellmann &
Brown 1992). Sel NK yang hanya sejumlah kecil dapat menghancurkan benda
asing secara langsung (tanpa pengaruh dari sel T atau sel B) melalui cell-mediated
cytotoxicity.