Bab 1 pendahuluan latar belakang



Yüklə 184,6 Kb.
səhifə3/4
tarix22.07.2018
ölçüsü184,6 Kb.
#58434
1   2   3   4

Identitas Kepala Sekolah

  1. Nama dan gelar : Drs. Hamzah Rente

  2. Pendidikan : S.1/ PPk

  3. Jurusan Ijazah : Sosiologi

  4. Wakil Kepala Sekolah :

Wakasek Urusan Kurikulum : Drs. Mansur

Wakasek urusan Sarana/prasarana : Drs. H. M. Nasir. B

Wakasek lingkungan Hidup : Drs. H. Baharuddin

Wakasek Urusan Humas : Drs. H.Mahmud Sapsal. MA



Wakasek Urusan Kesiswaa : H. Hamzah,S.Pd

    1. Data siswa SMA Negeri 7 Pinrang

Jumlah siswa SMA Negeri 7 Pinrang Tahun Pelajaran 2013/2014 terdiri dari 632 Siswa. Laki-laki: 237 Orang dan Perempuan 395 Orang.

Tabel 4.1 : Data Jumlah siswa keseluruhan SMAN 7 Pinrang

No

Kelas/Jurusan

Jumlah Siswa

Jumlah Kelas

1

X IPA

117 Orang

3 Kelas

2

X IPS

90 Orang

3 Kelas

3

XI IPA

120 Orang

3 Kelas

4

XI IPS

119 Orag

3 Kelas

5

XII IPA

109 Orang

3 Kelas

6

XII IPS

77 Oang

3 Kelas

Sumber : Tata Usaha SMAN 7 Pinrang

    1. Buku Perpustakaan

Tabel 4.2: Daftar jumlah buku perpustakaan.

Buku Pegangan Guru

Buku Teks Siswa

Buku Penunjang

Jumlaj Judul

Jumlah Eks

Jumlah Judul

Jumlah Eks

Jumlah Judul

Jumlah Eks

23

69

18

900

46

138

Sumber : Tata Usaha SMA Negeri 7 Pinrang

Tabel 4.3: Daftar nama Informan

No

Nama

Agama

Jenis Kelamin

Alamat

Kelas


1

Misnawati/ 3079

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 3

2

Nur Asima Yanti

9973098930



Islam

Perepuan

pinrang

XI IPS 3

3

Adrian R.

9973398321



Islam

Laki-laki

Pinrang

XI IPS 3

4

Miftahul Jannah

9981381426



Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 3

5

Imam Wahyu

Islam

Laki-laki

Pinrang

XI IPS 3

6.

Nurhalima

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 3

7

Hasmira / 3035

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 1

8

Andi Dini / 2999

Islam

Perempuan

Palopo

XI IPS 1

9

Rahman / 2924

Islam

Laki-laki

Lapalopo

XI IPS 1

10

Yenni Rahma /3088

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 2

11

Muh. Rais / 2920

Islam

Laki-laki

Pinrang

XI IPS 2

12

Desi Purnama Sari

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 2

13

Harlina

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 2

14

Amrika

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 2

15

Hariana

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 1

16

Musdalifah

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 3

17

Sudarsi

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 2

18

Alfian Nur

Islam

Laki-laki

pinrng

XI IPS 2

19

Faisal

Islam

Laki-laki

Pinrang

XI IPS 2

20

Irma S

Islam

Perempuan

Pinrang

XI IPS 3

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 7 Pinrang

      1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian akan dipaparkan sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan pada bagian pendahuluan, yaitu faktor apa yang menghambat motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 7 Pinrang

  1. Faktor penghambat Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi.

  1. Faktor Internal

Faktor internal adalah suatu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri yaitu: kurangnya bakat dan minat siswa, kurangnya dorongan dari diri sendiri untuk belajar, dan sikap siswa yang tidak tenang dalam menghadapi uatu pelajaran.

Contoh lain yang termasuk faktor internal diantaranya: faktor fisologisnya dan psikologis, faktor fisiologisnya misalnya ada seorang anak yang memiliki kecacatan fisik dalam hal ini panca indera yang mereka miliki, sehingga anak tersebut hasil belajar yang mereka dapatkan tidak maksimal. Tetapi ada juga anak yang memiliki kecacatan fisik namun mereka mendapatkan hasil yang memuaskan, misalnya anak tersebut merasa minder untuk beragabung sesama temanya. Tetapi jika di lihat dari faktor psikologisnya adalah faktor yang berasal dari psikologi anak tersebut yang mempengaruhi proses belajarnya, misalnya kecerdasan siswa dimana kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena dapat menentukan kualitas belajar siswa. Berikut dipaparkan oleh beberapa infoman.

Sehubungan dengan pernyataan diatas, ada pula informan yang berinisial YR yang mengatakan bahwa :

“Saya tertarik pada perkembangan masyarakat karena sosiologi itu mengajarkan kita beragam perkembangan masyarakat termasuk dari polah tingkah lakunya serta budayanya juga mengajarkan kita untuk berkelompok serta dapat berinteraksi satu sama lain”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Berikut salah satu informan yang berinisial M yang mengatakan bahwa:
“Dengan timbulnya suatu pelajaran sosiologi saya senang terhadap pelajaran tersebut karena kita itu bisa termotivasi untuk belajar saya mengatakan demikian karena sosiologi merupakan suatu pelajaran yang tidak terlalu menegangkan kami pada saat belajar. Dan mengajarkan kita untuk berani berbicara didepan umum, ada rasa keberanian karena kita itu bermasyarakat”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan diatas, informan berinisial A mengatakan bahwa:

“Faktor internal, karena bisa bermotivasi untuk belajar dari diri sendiri supaya sya bisa sukses untuk kedepannya seperti orang lain, supaya kita bisa tunjukkan bahwa kita itu bisa menunjukkan kemampuan seperti orang lain”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Selain itu informan lain yang berinisial R mengatakan bahwa:
“Menurut saya yang menghambat motivasi belajar saya adalah dari diri saya sendiri ( Intrinsik), saya katakana seperti itu karena memang saya sendiri yang menimbulkan faktor kemalasan untuk belajar pelajaran sosiologi, apalagi sosiologi juga cepat membosankan menurut saya kita harus banyak memiliki buku bacaan dan banyak berteori, sedangkan sekolah juga tidak menyediakan buku kita harus berusaha sendiri jika kita butuh, nah dari situlah saya malas untuk bergerak”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014)
Kemudian informan lain yang berinisial S mengatakan bahwa:
“Faktor internal karena apabila kita termotivasi dari faktor eksternal itu misalnya dari teman kita kemungkinan kita itu cuman ikut-ikutan untuk belajar, tapi kalau dari diri kita sendiri maka kita belajar lebih giat walaupun sedikit demi sedikit”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat motivasi belajar seorang siswa itu adalah fakor internal itu sendiri misalnya dari dirinya sendiri serta orang tua kalau dari orang tua itu biasanya dia tidak membiasakan anaknya untuk belajar atau tidak mendorong untuk belajar, dan anak tersebut juga tidak berusaha untuk memotivasi dirinya, dan tidak berfikir juga bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan nantinnya.

Seseorang memiliki motivasi yang tinggi untuk mempelajari suatu mata pelajaran, maka akan mempelajarinya dalam jangka waktu tertentu. Seorang itu boleh dikatakan memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi itu muncul karena ia membutuhkan suatu dari apa yang dipelajarinya. Perlu ditegaskan bahwa seorang siswa tersebut yang memiliki motivasi dari dirinya sendiri (intrinsic) untuk belajar maka dengan cara itu dia akan meningkat motivasi belajarnya. Berikut yang dikemukakan oleh beberapa informan.

“Saya meningkatkan moivasi belajar saya dengan cara rajin membaca buku, karena dorongan seseorang untuk belajar itu bersumber dari kita sendiri. Tidak seorang pun yang berilmu tanpa melakukan suatu aktifitas untuk membaca. Pemikiran kita semakin meningkat dan motivasi meningkat atau semakin maju karena rajin membaca”. (Hasil wawancara, 7 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial H mengatakan bahwa:

“Caranya dengan semangat belajar dengan bersungguh-sungguh dan memperhatikan pelajaran yang lain supaya saya itu bisa sukses kedepannya seperti dengan orang lain”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya informan lain yang berinisial IS mengatakan bahwa:

“Harus ada keinginan untuk belajar selalu, Karena dimana orang yang tidak memiliki semangat untuk belajar maka bisa dikatakan motivasi belajar itu tidak meningkat, Karena motivasi kita itu tinggi jika ada hasrat atau dorongan dari kita sendiri”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014)


Kemudian informan lain yang berinisial F mengatakan bahwa:
“Berusaha untuk mencaricari bahan pelajaran yang berhubungan materi kita yang akan dipelajari, karena tanpa usaha dari kita sendiri itu bisa motivasi kita dikatakan droup bukan tambah meningkat”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Begitupun informan lain yang berinisial MR yang mengatakan bahwa:
“Lebih perbanyak lagi membaca suatu literature-literatur buku baik di luar sekolah maupun dalam sekolah, dan mengadakan suatu penelitian, karena jika belajar kita cuman dalam sekolah saja tanpa belajar sendiri dari luarkita semakin kurang untuk mendapat suatu pengetahuan”. (Hasil Wawanara, 7 Mei 2014).
Adapun informan lain yang berinisial S mengatakan bahwa:
“Dengan cara belajar membentuk suatu kelompok untuk belajar sesama teman karena saya tidak bisa belajar dengan sendiri pasti saya butuh teman walaupun itu hanya 1 orang supaya saya bisa belajar dan tidak cepat bosan”. (Hasil wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menyatakan bahwa meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara mengusahakan untuk rajin membaca buku dan berusaha untuk mencari referensi mengenai pelajaran tersebut, juga memotivasi diri sendiri tanpa ada rasa malas dan bosan untuk belajar serta berfokus dan bersungguh-sungguh untuk tetap belajar.

Siswa yang kurang motivasinya atau sudah jenuh terhadap pelajaran sosiologi tersebut, kemungkinan mereka kurang untuk mengetahui materi-materi dalam sosiologi, dan biasa juga dari cara guru tersebut membawakan materi pada saat proses belajar mengajar berlangsung, siswa merasa tegang terhadap guru, berarti guru tersebut tidak memvariasikan metode mengajarnya dalam kelas. Berikut penjelasan dari beberapa informan.

Dari informan yang berinisial H mengatakan bahwa:

“Biasanya saya memotivasi diri saya itu dengan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran sosiologi baik itu di lingkungan masyarakat,dan lingkungan sekolah”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial MJ mengatakan bahwa:

“Yang membuat saya jenuh terhadap pelajaran sosiologi adalah karena faktor dari guru, dalm hal ini guru yang mengajar tidak menvariasikan metode pengajarannya, sehingga kami akan merasa tegang pada saat proses belajar mengajar berlangsung.”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya, adapula informan yang berinisial A mengatakan bahwa:
“Saya harus tetap belajar walaupun saya agak jenuh sedikit dalam pelajaran sosiologi tersebut, saya beranggapan bahwa sesuatu pekerjaan yang dikerjakan pasti akan tercapai juga, kenapa saya tidak bisa padahal orang lain bisa”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Kemudian informan lain yang berinisial YR mengatakan bahwa:
“mengikuti saja pelajaran tersebut karena tidak semuanya kita merasa jenuh, nah dari siu kita haru tetap ikuti, mungkin lama kelamaan kita bisa menarik lagi biasanya ada pembahasan yang menarik dengan adanya perubahan tersebut, apalagi jika guru itu menvariasikan metode mengajarnya pasti kita ebih menarik lagi”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Hampir sama dengan yang dikemukaka oleh informan yang berinisial M yang mengatakan bahwa:

“Saya membaca buku diruangan khusus yang tidak banyak teman mengganggu supaya saya bisa lebih konsentrasi lagi tidak jenuh, jika ada ateri yang kurang dimengerti baru saya bertanya kepada teman atau guru yan bersangkutan”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Selaras dengan pernyataan diatas, hasil wawancara Guru SMA Negeri 7 pinrang yang berinisial MA mengatakan bahwa:

“Caranya itu dengan menvariasikan metode saja, melihat materinya itu kayaknya metode diskusi, Tanya jawab, kalau perlu kita sebagai guru jangan terlalu monotong dalam kelas, oleh karena itu banyak metode-metode pengajaran ada debat, Stad dal lain-lain. Kemudian cara lain itu kita pindah ruangan/kelas untuk mengajar supaya tidak monoton dalam kelas terus, saya bawah siswa ke mushollah karena dikelas juga sudah panas makanya saya bewah keruang terbuka”. ( Hasil Wawancara, 13 Mei 2014).


Berdasarkan hasil wawancara diatas menyatakan bahwa siswa yang jenuh terhadap mata pelajaran sosiologi adalah dia tetap mengusahakan dirinya untuk belajar dengan melakukan berbagai cara supaya tidak tambah bosan lagi, apabila pelajaran tersebut ditinggalkan malah kita tidak ada motivasi lagi untuk belajar, padahal dari pertama cuman bosan untuk belajar dan guru harus menvariasikan metode mengajarya.

Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena paksaan atau seremonial. Seorang yang memiliki inteligensi cukup tinggi boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Maka kegagalan belajar ssiwa tidak begitu mudah untuk menyalahkan siswa tersebut bisa saja guru tidak berhasil memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar. Jadi tugas sebagai seorang guru itu bagaimana mendorong para siswa agar tetap terjaga motivasi yang mereka miliki. Berikut penjelasan beberapa informan.

Dari informan yang berinisial AN mengatakan bahwa:

“Saya menjaga motivasi dengan cara mengulangi pembelajaran yang sudah diajarkan oleh guru supaya motivasi itu dapat terjaga”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).

Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial M mengatakan bahwa:

“Cara saya dengan bergabung sesama teman yang memiliki motivasi tinggi dan prestasi yang memuaskan supaya saya bisa juga dengan seperti mereka dan tetap terjaga motivasi yang saya miliki, dan harus lebih giat belajar lagi”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Kemudian informan lain yang berinisial S mengatakan bahwa:
“Mengatakan kepada diri sendiri bahwa kita harus sukses juga seperti dengan orang lain dan mimpi itu harus di raih dengan meningkatkan cara belajar kita, karena motivasi itu terjaga hanya dari kita sendiri bukan dengan orang luar biar orang lain menyemangati kita kalau bukan kesadaran dari kita sendiri itu tidak akan bisa tercapai”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Selanjutnya informan lain yang berinisial YR mengatakan bahwa:
“Dengan mengurangi hal-hal yang tidak berpengaruh dengan proses belajar supaya motivasi kita tetap terjaga, seperti misalnya hiburan, bisa saja tetap ada hiburan tapi belajar tidak bisa di tinggalkan atau diseimbangkan itulah cara yang saya lakukan supaya tidak terbengkali motivasi saya”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Adapun informan lain yang berinisial A mengatakan bahwa:
“Saya tidak main-main dalam proses pembelajaran supaya saya bisa memperhatikan guru menerangkan supaya tidak turun motivasi yang ada pada diri saya, tetap terjaga”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial S mengatakan bahwa:

“Lebih meningkatkan kualitas belajar kita dan lebih mengetahui apa-apa saja yang bisa membuat motivasi seseorang untuk lebih meningkat lagi di bandingkan dengan sebelumnya”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Adapula informan yang berinisial F mengatakan bahwa:
“ seseorang yang akan terjaga motivasinya atau dengan kata lain motivasi ang mereka miliki tidak menutun malah lebig meningkat saya mengikuti suatu bimbingan belajar diluar sekolah supaya saya tetap bersemangat untuk melakukan suatu pelajaran”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa informan menggambarkan bahwa jika motivasi kita akan tetap di pertahankan maka kita melakukan suatu proses belajar secara lebih giat walaupun tanpa dorongan dari luar, intinya kita harus memang bersunguh-sungguh untuk meraih apa yang dicita-citakan untuk kedepannya supaya itu bisa tercapai apa yang diinginkan. Adapun cara lain yang dapat kita lakukan yaitu mengikuti suatu bimbingan belajar di luar sekolah karena jika kita Cuma belajar di lingkungan sekolah saja maka motivasi kita itu akan semakin berkurang jika tidak diiringi belajar sendiri.

  1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dengan adanya faktor tersebut kadang-kadang ada siswa yang tidak memotivasi dirinya untuk belajar karena terpengaruh dari temannya atau lingkungan masyarakat. Apabila seseorang memiliki motivasi untuk belajar, maka ia akan berusaha menggerakkan segenap kemampuan dan konsentrasinya untuk melakukan aktifitas belajar. Seseorang yang melakukan aktifitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi seseorang, merupakan suatu motivasi yang yang sangat penting dalam suatu proses belajar dan pelajaran sosiologi ini merupakan suatu proses pelajaran yang mengajarkan kita untuk bermasyarakat serta berinteraksi antara satu sama lain. Berikut dipaparkan oleh beberapa informan.

Adapun pendapat Informan yang berinisial M yang mengatakan bahwa:

“Yang mendasari terhadap pelajaran sosiologi saya sering membaca buku mengenai apa yang didalamnya membahas tentang sosiologi sehingga nantinya dapat termotivasi untuk belajar sosiologi supaya saya bisa lebih mendalam lagi mengenai istilah sosiologi tersebut”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014)
Senada dengan yang disampaikan oleh informan yang berinisial A yang mengatakan bahwa :

“Saya bisa mengenal beragam-ragam budaya dan saya juga bisa menghargai dan berinterakasi satu sama lain dengan teman-teman dengan cara yang baik, serta kita juga bisa bermasyarakat dengan lingkungan skitar kita”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Berdasarkan hasil wawancara diatas, menunjukkan bahwa yang mendasari seseorang untuk belajar mata pelajaran sosiologi adalah karena ingin mengetahui suatu perkembangan yang ada pada masyarakat itu, serta mengajarkan mereka untuk saling berinteraksi denganteman mereka secara baik.

Dalam pelajaran sosiologi itu siswa diharapkan untuk berkonsentrasi belajar karena sosiologi ini mengajarkan kita untuk lebih banyak berteori. Karena seseorang yang tidak senang terhadap pelajaran sosiologi dan tidak memiliki motivasi dari dirinya sendiri maka sulit sekali untuk melakukan aktifitas belajar secara terus menerus, karena seseorang yang memliki mmotivsi sendiri itu selalu ingin maju dalam suatu proses belajar mengajar.

Seperti yang dikemukakan oleh informan yang berinisial YR yang mengatakan bahwa :

“Senang, karena kita itu belajar secara bersama-sama dan mengetahui tentang perkembangan masyarakat dan kita juga bisa nengetahui karakter seseorang jika memang kita benar-benar untuk belajar atau berkonsentrasi, tetapi saya juga biasa tidak suka karena kebanyakan berteori dan memahami materi”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial A yang mengatakan bahwa :

“Saya senang belajar sosiologi karena ingin menjadi guru yang sukses tentang sosiologi dan dapat mengetahui adat istiadat suatu masyarakat dan menjadi guru yang sukses, sehingga dapat membahagiakan kedua orang tua serta tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya, informan lain yang berinisial IS yang mengatakan bahwa :
“Saya senang sekali terhadap mata pelajaran Sosiologi, saya mengatakan senang karena dengan adanya pelajara sosiologi yang saya pelajari saya mengetahui banyak pengetahuan tentang masyarakat yang ada diluar dan mengajarkan kita untuk bertukar pendapat sesama teman apalagi ketika kita mengadakan suatu penelitian”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, menunjukkan bahwa seseorang yang senang belajar terhadap pelajaran sosiologi menggambarkan bahwa mereka akan bermasyarakat dan mencoba untuk beranikan diri dalam mengungkapkan suatu pertanyaan karena menurut mereka sosiologi itu tidak menegangkan.

Seseorang yang memiliki suatu cara belajar yang tinggi akan membangkitkan suatu motivasi dalam dirinya. Karena motivasi disini memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk beraktifitas untuk belajar. Oleh karena itu, motivasi itu merupakan suatu kesadaran seseorang bahwa suatu objek, atau suatu situasi pasti ada sangkut pautnya dengan dirinya.

Salah satu informan yang berinisial M mengatakan bahwa:

“Saya belajar dengan cara rajin membaca buku supaya tidak turun suatu motivasi belajar yang kita miliki atau bisa dikatakan motivasi belajar kita itu bertambah meningkat, dengan cara lain iu membentuk kelompok diluar dan saling kerja sama antara teman”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Sehubungan dengan pernyataan diatas, informan yang berinisial AD mengatakan bahwa:

“Cara belajar yang saya gunakan itu saya biasanya mengadakan suatu diskusi kecil bersama teman bahwa bagaimana sebenarnya pelajaran sosiologi itu, supaya kita lebih mengenal lebih duluan istilah sosiologi tersebut dan akhirnya akan menimbulkan suatu motivasi dari diri kita senidiri. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan pernyataan diatas, informan yang berinisial M mengatakan bahwa:

“Saya berusaha untuk terus belajar dan belajar serta dapat bermasyarakat antara satu sama lain serta saya itu sering belajar dengan keluarga yang sudah sukses mengenai istilah sosiologi itu sendiri sehingga saya akan termotivasi untuk belajar”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Selanjutnya informan yang berinisial YR, mengatakan bahwa:

“Dengan membaca beragam buku serta melihat-lihat literature dalam situs internet serta mengusahakan unuk memiliki buku yang secukupnya supaya tanpa suatu bimbingan dari guru kita bisa memotivasi diri kita sendiri”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, cara belajar yang digunakan Siswa untuk belajar sosiologi adalah dengan membentuk suatu kelompok secara bersama-sama dengan teman serta mengadakan suatu diskusi untuk menumbuhkan suatu motivasi dari dirinya masing-masing. Akan tetapi, yang sering digunaan oleh Siswa itu adalah berkelompok dengan teman.

Di dalam memotivasi siswa tersebut ada dua faktor penghambat motivasi belajar siswa, yaitu antara lain: faktor dari luar diri seseorang (Eksternal), dan faktor dari dalam diri seseorang tersebut(Internal) dimana faktor eksternal itu adalah faktor yang mempengaruhi proses belajar anak seperti halnya lingungan sosial sekolah,lingkungan sosial masyarakat, teman sebaya, kurangnya buku tes, dan guru pelajaran. Sedangkan faktor internal itu adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu itu sendiri, misalnya faktor fisiologis dan biologis, faktor kemalasan, faktor psikologis.

Dari informan yang berinisial YR, mengatakan bahwa,

“Faktor penghambatnya yaitu faktor eksternal, misalnya faktor keluarga itu sendiri yang tidak mendukung kita untuk terus-terusan belajar menurut mereka setidaknya diminimalisirlah cara belajar kita supaya tidak terlau capek. Kemudian faktor intern itu sendiri karena kemalasan dimana pelajaran sosiologi itu suatu pelajaran yang cepat membosankan karena kita hanya kebanyakan berteori tidak sama dengan pelajaran seni bahwa mereka berteori sambil mempraktekkan. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial MJ mengatakan bahwa:

“Faktor penghambat saya itu adalah faktor eksternal atau faktor dari luar kita, seperti kurangnya buku pelajaran yang kita miliki sehingga kita tidak terlalu banyak wawasan yang kita ketahui,dan juga keluarga karena keluarga biasaya ada yang tidak mendukung kita untuk belajar namun sebanarnya dialah yang memotivasi diri kita untuk giat belajar bukan dari orang lain, bahkan kalau orang lain biasanya ada yang mengajak kita untuk bermain-main”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Adapun informan yang berinisial H mengatakan bahwa:
“Faktor penghambat motivasi belajar saya ada beberapa hal, yang pertama adalah fakor dari ekstern yaitu guru. Karena cara mengajar guru disekolah ini tidak melakukan suatu metode pengajaran yang tidak bervariasi dia hanya menggunakan metode cerama secara terus menerus dan juga tidak menerapkan model pembelajaran sehingga kita bosan untuk belajar apalagi sosiologi ini kebanyakan berteori kita membaca terus sedangkan saya orangnya tidak terlalau suka untuk banyak membaca”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Selain itu, adapula informan yang berinisial M mengtakan bahwa:
“Faktor penghambatnya yaitu faktor eksternal contohnya yaitu teman sepermainan, karena teman sepermainan inilah yang biasa cenderung mendorong untuk tidak belajar dan dapat mengurangi motivasi diri kita serta yang berperan penting juga adalah orang tua karena bisa mendekat untuk belajar namun orang tua saya biasa tidak mempedulikan belajar saya sesama teman juga bisa mendekat tapi berbeda halnya dengan orang tua”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan tersebut, hasil wawancara informan yang berinisial MA (Guru Sosiologi SMA Negeri 7 Pinrang), mengatakan bahwa:

“Faktor penghambatnya itu banyak karena menurut saya bervariasi masalahnya anak-anak, faktor penghambat yang pertama yaitu: Dukungan orang tua juga berkurang, saya katakan orang tua karena biasanya anak-anak banyak alasanya ini itulah yang mereka keluarkan. Mungkin mereka sudah menyampaikan kepada orang tua untuk beli buku tapi orang tua mungkin banyak pertimbangan dan banyak pikirana juga akhirnya anak tersebut tidak beli buku, kendala orang tua itu kemungkinan dia tidak mengetahui bahwa pendidikan itu mahal dan penting”. (Hasil Wawancara, 13 Mei 2014).


Berdasarkan hasil penelitian kendala-kendala motivasi belajar siswa itu biasanya dari guru yang mengajar, karena dimana seoran guru tersebut dalam mengajar tidak memaparkan suatu model pembelajaran atau media pembelajaran didalam melaksanakan proses pembelajaran akhirnya siswa tersebut mendapatkan suatu kendala untuk belajar sosiologi. Dimana Media pembelajaran itu dapat membantu guru dalam memberikan gambaran tentang materi yang akan dijelaskan. Untuk itu, penggunaan model dan media pembelajaran disesuaikan dengan materi supaya siswa tidak terkendala.

Berdasarkan hasil wawancara dari informan yang berinisial M mengatakan bahwa:

“Kendalanya yaitu kita tidak pernah mengadakan suatu penelitian dan guru juga tidak pernah menggunakan suatu media pengajaran, apalagi pelajaran sosiologi ini mengajarkan kita untuk bermasyarakat, sebaiknya gambar berinteraksi itu bisa untuk ditampilkan, namun penelitian itu tidak dilaksanakan karena jika kita melaksanakan suatu penelitian pasti kita bertambah banyak pengetahuan atau pengalaman”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial AN

Mengatakn bahwa:

“Kendala saya pada saat belajar sosiologi itu saya tidak bisa memahami materi atas penjelasan dari bapak pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan saya susah untuk mengungkapkan suatu pertanyaan dari bapak akibatnya karena saya merasa tegang dalam belajar”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Kemudian informan lain yang berinisial NAY mengatakan bahwa:
“kendala saya pada mata pelajaran sosiologi yaitu pada materinya saya katakan seperti demikian karena kita harus perbanyak untuk menghafal dan teorinya juga susah untuk dimengerti, sehingga akan menimbulkan kebosanan untuk belajar akhirnya motivasi belajar saya kurang”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014)
Selanjutnya informan lain yang berinisial A yang mengatakan bahwa:
“Saya kurang mengerti terhadap cara pembelajaran dari bapak, dan kendala yang lain itu kurang juga buku yang didapat, karena disekolah kita ini tidak terlalu banyak buku yang di arsipkan atau dimiliki tidak sama dengan sekolah lain, bahwa mereka memang sudah menyiapkann buku bacaan untuk siswanya sendiri”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).

Adapula informan yang berinisial IW mengatakan bahwa:


“Kendala saya itu saya sering terlambat untuk masuk belajar pada mata pelajaran sosiologi ini, dan akhirnya kita diberi hukuman apa lagi jika pelajaran sosiologi tersebut jam pelajarannya itu pada jam pertama, saya tidak berani lagi untuk masuk kelas. Apalagi jika mengetahui bahwa materi yang dibawakan itu susah dan tidak menvariasikan metode mengajarnya”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan diatas adapun kendala yang didapatkan seorang informan yang berinisial MA (Guru Sosiologi kelas XI IPS SMA Negeri 7 Pinrang mengatakan bahwa:

“Kendala yang saya dapatkan dalam mengajar mata pelajaran sosiologi antara lain:



  1. sarana prasarana, seperti kita ketahui bahwa sekolah disini baru berapa tahun dan dilihat sendiri bagaimana sarananya kadang-kadang kendala saya itu biasa ada anak rebut dan ruangan kita itu terbatas apalagi jika ada seni diruangan sebelah itu sangat mengganggu, jadi kalau ada kelas permanen pelajaran kita bisa mendukung sehingga kelas yang tadinya suara tidak mengganggu lagi.

  2. Faktor suhu, seandainya d isekolah in menggunakan AC, kita juga bisa senang, dan untuk memakai media seperti leptop dan LCD juga terbatas, hanya ada LCD itupun dipergunakan di laboratorium kadang-kadang jika kita mau memutar film atau apa yang berhubungan dengan pelajaran itu terendala. Bagusnya seandainya ada perkelas itu LCD disiapkan sehingga enak kita untuk mengajar ada variasi mengajar. Tinggal putar film yang berhubungan dengan sosiologi untuk diamati siswa apa penyebabnya dan solusinya itu film”. (Hasil Wawancara, 13 Mei 2014).

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa ada beberapa kendala seorang siswa yang di dapat pada pelajaran sosioloi yaitu yang pertama adalah faktor dari guru tersebut yang tidak mengajarkan materinya secara bervariasi sehingga dapat menimbulkan siswa untuk tidak mengerti materi yang diajarkan kurang juga buku pedoman yang mereka miliki dan sarana prasarananya juga tidak mendukung proses belajar mengajar sehingga tidak ada variasi yang digunakan seorang guru untuk mengajar.

Faktor penghambatnya juga siswa disebabkan dari keadaan buku, karena dimana buku yang dimiliki disekolah ini terbatas sehingga siswa tidak ada motivasi untuk belajar, Cuma ada beberapa siswa yang memiliki buku pedoman tersendiri karena mereka berusaha untuk mendapatkan buku dari luar untuk dipelajarinya atau mencari literatur dalam internet. Dan siswa yang lainya yang tidak berusaha untuk mencari buku dari luar dia tidak memiliki lagi. Berikut penjelasan oleh beberapa informan.

Berdasarkan pernyataan diatas, informan yang berinisial M mengatakan bahwa”

“Saya sudah punya buku pedoman itupun hanya satu, tpi dengan adanya buku yang saya miliki tersebut saya tambah termotivasi untuk belajar walaupun itu cuma sedikit karena dalam buku banyak materi yang tidak dimengerti makna dari kata tersebut tapi setidaknya bisa belajar sendiri”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014)

Senada dengan pernyataan diatas, adapun informan yang berinisial S Mengatakan bahwa:

“Saya belum memiliki suatu buku pedoman sosiologi, dan saya hanya sekedar membaca sejenak dari buku teman, sudah membaca buku itu kemungkinan saya akan lupa karena tidak ada buku pedoman yang dimiliki sendiri, walaupun saya tidak memiliki buku pedoman trsebut saya tetap memotivasi diri saya sendiri untuk belajar dengan cara rajin membuka literatur di internet”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Adapun informan yang berinisial M yang mengatakan bahwa:
“Ya Saya sudah memiliki beberapa buku pedoman, dan dengan adanya buku itu saya tambah termotivasi untuk belajar karena sudah ada buku pedoman yang dapat saya gunakan sebagai bahan acuan dan dari situ kita bisa belajar sendiri tanpa bimbingan dari seorang guru kita memotivasi diri sendiri saja”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014)).
Kemudian informan lain yang berinisial IS mengatakan bahwa:
“Kalau masalah buku iya saya sudah punya, dan saya lebih termotivasi untuk belajar karena dimana lebih banyak buku yang dimiliki lebih banyak pula pelajaran yang diketahui””. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Kemudian informan lain yang berinisial A mengatakan bahwa:
“Ya saya termotivasi untuk belajar sedikit demi sedikit dengan adaya LKS yang saya miliki, supaya wawasan sayaitu lebih luas mengenai pelajaran soiologi kerena dapat belajar lebih giat lagidan mencari arti kata yang dalam internet apabila kita tidak mengerti”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Selanjutnya informan yang berinisial YR Mengatakan bahwa:
“Ya saya termotivasi untuk belajar karena dari buku tersebut banyak pertanyaan-[ertanyaan yang mesti kita pecahkan mengenai sosiologi mau tidak mau harus belajar bagaimana caranya untuk memecahkan masalah tersebut”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Berdasarkan beberapa hasil wawancara dari informan diatas menunjukkan bahwa dengan adanya buku pedoman sosiologi yang mereka miliki itu doa tambah termotivasi untuk belajar karena menurut mereka bisa belajar dengan sendirinya, bisa memotivasi diri sendiri tanpa dorongan dari luar. Walaupun ada beberapa kata yang mereka kurang mengerti dia hanya membuka literature internet untuk dipelajarinya.

Dengan timbulnya mata pelajaran sosiologi banyak yang bisa ditarik yang berhubungan dengan cita-cita seseorang, misalnya orang tersebut memiliki cita-cita seorang guru, dimana guru itu mengajarkan kita untuk berinteraksi dengan siswa, kepala sekolah, serta dengan guru-guru lain. Ketika kita mengetahui materi-materi sosiologi itu banyak sekali yang bisa ditarik dengan adanya cita-cita, contoh lainnya yaitu bisa mengajarkan kita untuk bermasyarakat. Berikut hasil wawancara dari beberapa informan sebagai berikut.

Dari informan yang berinisial YR mengatakn bahwa:

“Dengan timbulnya pelajaran sosiologi yang bisa ditarik dengan adanya cita-cita saya jadi guru, karena jadi guru itu harus memahami karakter siswa, nah na dari pelajaran sosiologi itu kita bisa tau bagaimana karakter seseorang apa yang ada di dalamnya dan bagaimana supaya kita bisa mengajar dengan baik”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial AD mengatakan bahwa:

“Dengan adanya pelajaran sosiologi terhadap cita-cita saya yaitu supaya saya bisa mengetahui masalah-masalah tentang suatu pelajaran sosiologi karena dimana yang akan menjadi seorang guru itu harus dapat berinteraksi dengan siswa dan sesama masyaraka serta mengajarkan kita untuk belajar mandiri”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Seperti yang dikemukakan oleh informan yang berinisial R yang mengataka bahwa:

“Karena mata pelajaran sosiologi kita itu bisa juga belajar menghargai teman, karena dimana sosiologi itu mengajarkan juga untuk kita berkelompok disitulah kita bisa memahami karakter teman”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya informan lain yang berinisial H yang mengatakan bahwa:
“Timbulnya pelajaran Sosiologi kita lebih mudah untuk lebih banyak mengetahui tentang keadaan dari luar dalam masyarakat”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, menyatakan bahwa dengan timbulnya mata pelajaran sosiologi tersebut terhadap adanya cita- cita yang dapat ditarik kesimpulan yaitu kita bisa memahami karakter diri dari seseorng siswa serta kita juga bisa belajar menghargai sesame dengan teman juga kepada masyarakat lain.

Dalam proses belajar mengajar motivasi itu sangat diperlukan, sebab, seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya dan motivasi itu sangat diperlukan. Ada beberapa informan yang menjelaskan diantaranya.

Salah satu informan yang berinisial AR mengatakan bahwa:

“Motivasi belajar itu sangat diperlukan, dan juga motivasi belajar itu penting karena jika seseorang itu tidak termotivsi untuk belajar pasti kita tidak mengetahui arah dan tujuan kita itu dimana, makanya motivasi kita itu penting”. (Hasil Wawancara 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial AN mengatakan bahwa:

‘‘Tentu motivasi belajar diperlukan dan sangat penting karena dengan adanya motivasi blajar tersebut kita bisa mengembangkan diri kita lebih maju dan mengetahui diri kita bisa lebih terarah dan lebih serius dengan pelajaran dibandingkan dengan hal lain”. (Hasil wawancara, 5 Mei 2014).


Sehubungan dengan pernyataan diatas, informan yang berinisial IS yang mengatakan bahwa:

“Sangat diperlukan dan sangat penting karena tanpa adanya motivasi atau semangat belajar dari kita sendiri maka bisa dikatakan motivasi belajar kita itu kurang dan akan terhambat apa tujuan belajar ang akan kita capai”. (Hasil Wawancara 7 Mei 2014).


Kemudian informan lain yang berinisial S mengatakan bahwa:
“Motivasi diperlukan dan sangat penting juga karena tanpa ada motivasi kita untuk belajar mungkin kita hanya bisa santai saja apabila pelajara tersebut berlangsung. Jika seorang tersebut tidak termotivasi untuk belajar maka orang tersebut hanya sekedar belajar saja”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Selanjutnya adapula informan yang berinisial N mengatakan bahwa:
“Tentu sangat diperlukan dan dipentingkan itu motivasi, krena dimana kita belajar tanpa di iringi dengan suatu motivasi maka motivasi kita itu kurang dan bisa dikatakan 4 D, yaitu datang,duduk,dengar,dan dongo. Makanya motivasi itu sangat penting bagi orang yang memang benar-benar untuk sukses kedepannya”. (Hasil Wawancara, 7 Juni 2014).
Adapaun informan lain yang berinisial MR yang mengatakan bahwa:
“Seseorang yang tidak memerlukan dan tidak mementingkan yang namanya motivasi untuk belajar, maka orang tersebut hanya sekedar ikut-ikutan dalam belajar, cuman melihat orang-orang belajar disekitarnya akhirnya dia juga ikut tapi bukan dengan keinginanya sendiri, dan tidak mengetahui bahwa sebenarnya motivasi belajar itu penting bagi kita untuk menjadi orang yang sukses”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas menyatakan bahwa Motivasi itu diperlukan dan sangat dipentingkan dalam diri kita, kenapa dikatakan seperti itu karena seseorang yang tidak memiliki suatu motivasi dalam dirinya maka dia tidak mengetahui apa sebenarnya tujuan yang mereka akan capai, dia hanya sekedar ikut-ikutan belajar sama temanya, tidak memperhatikan apa sebenarnya ateri ang diajarkan oleh guru mereka. Tidak mengetahui bahwa motivasi itu sangat penting dalam lingkup kita.

Ada beberapa juga siswa motivasinya kurang sehinggah mengalami suatu perubahan yaitu mendapatkan suatu nilai yang tidak meuaskan atau berada di bawah kriteria ketuntasan minimal itu di sebabkan oleh siswa tersebut yang tidak mendoong dirinya sendiri untuk belajar lebih giat lagi supay nila itu tetap berada pada nilai yang memuaskan. Berikut pemaparan dari beberapa informan.

Dari informan yang berinisial MR mengatakan bahwa:

“Belajar dengan bersungguh-sungguh lagi supaya nilai tersebut tetap meningkat bukan malah menurun, karena kita sendiri yang malu jika mendapat suatu nilai yang tidak memuaskan”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan pernyataan diatas informan yang berinisial AD mengatakan bahwa:

“Lebih rajin belajar lagi dan meningkatkan proses belajar serta lebih rajin latihan soal-soal supaya bisa lebih tinggi lagi nilai tersebut, dan seseorang yang memiliki nilai tertinggi dalam kelas maka akan mendapat suatu penghargaan dari guru”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya informan lain yang berinisial AR mengtkan bahwa:

“Saya mengatakan kepada diri sendiri bahwa saya tidak akan begini terus saya akan terus belajar supaya bisa meningkatkan lagi nilai yang dulunya rendah menjadi tinggi seperti dengan orang lain juga mereka semua sudah memiliki nilai yang tinggi”. (Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Kemudian adapula informan yang berinisial A mengatakan bahwa:
“ saya melaksanakan proses belajar berkelompok sesama teman di luar sekolah yang sudah memiliki nilai tinggi supaya nilai saya juga seperti mereka kemudian saya rajin mengerjakan suatu soal latihan yang ada dalam buku, karena duluya nilai saya rendah karena faktor malas”. ( Hasil Waancara, 7 Mei 2014).
Kemudian hasil wawancara guru Sosiologi SMA Negeri 7 Pinrang yang berinisial MA mengatakan bahwa:

“Itu merupakan penyakit dari siswa yang parah, tapi siswa sebagian yang saya ajar itu kemauannya, sikapnya itu ada memang kemampuanya dari tingkat IQ-nya yang kurang karena biar bervariasi cara mengajar yang saya lakukan itu dia tidak tetap mengerti. Jadi umumnya guru lain itu akan kita adakan remedial, penugasan, atau menyuruh untuk menguasai materinya yang tertinggal sampai betul-betul tau, itu saja langkahnya jika masih tetap tidak bisa ya kita suruh saja untuk menyalin dengan materi yang sama yang penting tidak keluar dari materi yang lain”. ( Hasil wawancara, 13 mei 2014).


Berdasarkan beberapa pernyataan informan diatas menunjukkan bahwa siswa yang memiliki nilai yang rendah itu di sebabkan dengan tingkat IQ_nya masing-masing, karena biasa ada siswa biar kita mengadakan proses belajar mengajar yang berbeda siswa tersebut memang tidak mengerti makna dari materi itu, dan bisa juga dikatakan bahwa motivasi siswa tersebut memang kurang tidak memiliki rasa peduli terhadap pelajaran itu.

Dalam belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu di selidiki sebab dan akibatny, sempat siwa tersebut tidak senang, atau mugkin ada problem lain. Hal in berarti bahwa pada diri anak tidak terjadi suatu perubahan motivasi dan tidak terangsang untuk melakukan sesuatu, Karena dia tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Maka siswa tersebut perlu diberikan rangsangan atau dorongan dari luar misalnya keluarga agar tumbuh motivasi pada dirinya untuk belajar. Ada beberapa pendapat informan yang menjelaskan sebagai berikut:

Dari informan yang berinisial MJ mengatakan bahwa:

“Saya tambah termotivasi karena keluarga saya itu terutama orang tua yang mendukung kita untuk belajar supaya sukses lagi untuk kedepanya tidak mengikuti jejak mereka yang tidak berpendidikan makanya mereka mendorong saya untuk lebih giat lagi”. (Hasil Wawancara, 5 Mei 2014)


Senada yang dikemukakan oleh informan yang berinisial IS mengatakan bahwa:

“Termotivasi karena menurut saya faktor keluargalah itu yang sangat berperan penting dalam proses belajar anaknya, misalnya orang tua membantu mengajarkan kita yang baik, tidak mengajarkan kita yang dampaknya menimbulkan untuk tidak belajar”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya informan yang berinisial NAY mengatakan bahwa:

“Kadang-kadang, tergantung dari keluarga tersebut dan dari kita sendiri juga Karena ada sebagian keluarga j yang tidak mendukung dalam proses belajar mengajar, apalagi jika kita disuruh untuk membeli buku ketika di kasih tau orang tua bahwa ada buku mau di beli, orang tua tersebut mengatakan bahwa tanpa buku kita bisa belajar, makanya saya mengatakan bahwa motivasi saya itu kadang-kadang bertambah”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Kemudian informan yang berinisial YR mengatakan bahwa:
“ ya saya termotivasi karena keluarga saya itu semuanya sudah pada sukses jadi saya mau mengikuti jejak mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi agar bisa seperti mereka semua, dan memang itu dorongan dari diri saya sendiri juga”. ( Hasil wawancara, 7 Mei 2014).
Hampir sama dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisal IW yang mengatakan bahwa:

“Saya semangat karena tanpa keluarga yang mendorong kita untuk belajar menurut saya itu tidak ada rasa ingin untuk belajar, jika hanya dorongan dari saya sendiri misalnya saya sudah belajar ini hari saya tidak akan belajar lagi malamnya atau hari esoknya lagi karena timbul rasa malas, tetapi karena ada orang tua saya yang mendorong maka saya tambah semangat”. (Hasil Wawancara 7 Mei 2014).


Berdasarkan hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa keluarga itu sangat mendukung proses belajar anaknya, jika di biaran anak itu tanpa dorongan dari keluarga maka cara belajarnya itu terlantar, karena kebanyakan dari siswa jika dorongan dari dirinya sendiri biasa ada belajar yang tidak serius. Tapi siswa yang memang bersungguh-sungguh untuk belajar biar mereka tanpa dorongan dari orang tua dia tetap meningkat motivasinya.

Suatu kesulitan seseorang atau hambatan, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai keletihan dan keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dalam hal ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar memperoleh keunggulan. Pendapat dari beberapa informan sebagai berikut

Dari informan yang berinisial M mengatakan bahwa:

“Yach kadang saya kesulitan untuk memhami materi-materi mengenai sosiologi karena terdapat teori-teori dan materi yang cakupanya luas yang susah untuk saya mengerti, dan say bingun mau bertanya dimana karena di sekeliling saya tidak ada yang belajar sosiologi, nanti saya bertanya kepada guru ketika kita masuk sekolah kembali”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial H mengatakan bahwa:

“Pernah kesulitan, seperti misalnya saya tidak mengerti tentang sosiologi kebetulan juga saya selama sekolah di SMP tidak pernah belajar tentang sosiologi, sehingga saya bingun tidak tau apa yang akan kita kerja apalagi ketika saya di kasih tugas oleh guru saya keliru untuk mengerjakan sendiri pasti saya butuh teman untuk mennyelesaikan”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya, informan yang berinisial DPS mengatakan bahwa:
“Sulit, karena banyak faktor atau kendala yang mesti di hadapi, juga kita butuh waktu untuk belajar dengan giat, belajar bersama teman, atau orang tua, pokoknya tidak ada rasa bosan”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Kemudian informan yang berinisial MJ menyataka dengan hal yang berbeda:

“Saya tidak kesulitan untuk menerima pelajaran sosiologi karena dimana cara mengajar gurunya juga baik dan mudah di mengerti, tidak menegangkan pada saat mengajar jadi kita sebagai siswa tidak sampai mendapat kesulitan, jika ada hal yang memang tidak di mengerti bisa kita pertanyakan kepada guru saat pelajaran berlangsung tidak ada rasa takut”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 20140).


Adapula informan berinisial N mengatakan dengan hal yang berbeda bahwa:

“Tidak kesulitan karena sosiologi mengajarkan kita untuk bermasyarakat, nah kebetulan juga saya seorang anak pramuka, mengajarkan kita bagaimana itu berkelompok dan menghargai sesama teman kita, tanpa ada rasa kecurigaan dari teman kita atau dengan kata lain kecemburuan social”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Berdasarkan beberapa pendapat informan dapat menunjukkan bahwa ada diantara beberapa siswa yang memang mengalami kesulitan untuk pelajaran sosiologi karena mereka tidak mengetahui materi-materi atau teori dalam sosiologi dan merasa takut mengeluarkan pertanyaan kepada guru, adapula siswa mengatakan bahwa tidak mengalami kesulitan karena menurut mereka sosiologi itu banyak mengajarkan kita untuk berkelompok, dan berinteraksi sesama teman.

Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi baik pula dan kebutuhan untuk belajar. Dengan demikian, dapatlah di jelaskan bahwa motivasi, akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada suatu kebutuhan. Kebutuhan ini muncul adanya keadaan tidak seimbang, tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut suatu kepuasaan. Kalau sudah seimbang dan terpenuhi suatu kepuasan dari siswa tersebut maka tercapailah suatu kebutuhan yang diinginkan. Ada beberapa informan yang menjelaskan sebagai berikut:

Dari informan yang berinisial MR mengatakan bahwa:

“Saya butuh banyak buku untuk dijadikan pedoman untuk belajar, karena jika Cuma memiliki buku satu sampai dua hanya buku kita sendiri tidak ada referensi lain yang di siapkan oleh pihak sekolah kita kurang untuk belajar lebih luas lagi, jadi kita butuh referensi lain untuk penambahan sumber belajar”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial AR mengatakan bahwa:

“Saya hanya butuh konsentrasi saja untuk belajar dan referensi yang digunakan harus lebih banyk supaya kita belajar dengan menggunakan buku pedoman secara bergantian, wlaupun kita memiliki referensi yang cukup banyak tetapi tidak termotivasi untuk membacanya berarti tidak berguna memiliki buku yang banyak hanya sebagai pajangan saja”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Kemudian informan yang berinisial YR mengatakan dengan hal yang berbeda:

“Butuh teman, serta orang tua yang akan menemani untuk belajar supaya tidak cepat merasa bosan menghadapi pelajaran tertentu, serta keseriusan pula dalam belajar karena sosiologi ini kita lebih banyak berteori di bandingkan dengan praktek, tidak sama dengan pelajaran yang lain”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).

Hampir sama dengan informan yang berinisial A mengatakan bahwa:

“Butuh dari teman-teman supaya saya bisa bertambah motivasi lagi bisa bertukar pikiran sesama mereka, apa mereka ketahui dan saya tidak ketahui begitupun dengan sebaliknya, pokoknya kta harus kuasai materi-materi tersebut”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).


Adapula informan yang berinisial AN mengemukakan bahwa:
“Saya butuh dorongan dari orang lain karena biasanya saya tidak termotivasi jika saya belajar dalam keadaan sendiri apalagi jika suasana juga tidak mendukung, akhirnya dari diri saya timbul suatu rasa malas”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, menunjukkan bahwa untuk menumbuhkan suatu motivasi belajar itu kebutuhannya adalah referensi yang cukup banyak dan konsentrasi belajar yang lebih serius, karena seseorang yang hanya memiliki buku saja tidak memanfaatkanya maka itu tidak berarti bagi mereka, kemudian susasana juga harus lebih mendukung lagi.

Kemudian dalam hubunganya dengan kegiatan belajar, yang penting adalah bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa tersebut melakukan aktifitas belajar. Dalam hal ini sudah tertentu bahwa perang seorang guru sangat penting. Bagaimana guru-guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivsi agar anak didiknya melakukan aktifitas belajar dengan baik. memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu, yang akan menyebabkan siswa tersebut merasa ada kebutuhan dan ingin mendapatkan suatu pengajarn dari seorang guru. Berikut dijelaskan oleh beberapa informan.

Dari informan yang berinisial AD mengatakan bahwa:

“Guru mempengaruhi dalam proses belajar mengajar, apabila kita berada pada lingkungan sekolah tanpa bimbingan seorang guru maka kita tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi jika ada teori yang sulit dan juga tujuan kita sekolah yaitu butuh dorongan dari guru untuk memotivasi kita”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial S mengatakan bahwa:

“Mempengaruhi, karena guru itu jika semuanya anak-anak sukses bgitu psti dia bermotivasi buat kami supaya kami bisa belajar secara bersunguh-sungguh dan tidak mempermainkan pelajaran-pelajaran lagi, karena sudah ada yang bisa kita ambil contoh”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Kemudian informan yang berinisial M mengatakan bahwa:
“Mempengaruhi, seperti misalnya guru sosiologi itu cara mengajar yang mereka terapkan tidak bagus atau tidak memberi motivasi kepada kami pasti kita bosan untuk belajar, tetapi jika guru itu bagus banyak variasi-variasi mengajarnya maka kita tabah bermotivasi lagi untuk belajar apalagi jika cara menjelaskannya itu detail cepat dipaham”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
`selanjutnya, infoman yang berinisial IS mengatakan bahwa:
“Mempengaruhi, karena sekolah tanpa ada seorang guru kita tidak mengetahui lebih banyak pengetahuan juga, dan apalah artinya kita sekolah jika guru itu tidak mempengaruhi atau mendorong kita untuk belajar”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas menunjukkan bahwa guru itu sangat mempengaruhi dalam memotivasi siswa dan mendorong siswa untuk belajar, karena dimana seorang siswa tersebut sekolah akan mendapatkan suatu pengetahuan lebih banyak lagi, baik itu metode,media, dan model yang di paparkan oleh seorang guru dia akan mmengetahui supaya mereka bisa kembangkan juga di kemudian hari.

Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pnggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar tersebut. Namun rangsangan dari luar itu bisa dikatakan dapat mempengaruhi secara positif ada negatifnya, yang positifnya itu siswa yang dirangsang dari luar ada yang tidak mempeulikan jika memang itu tidak mempengaruhi proses belajar. Berikut penjelasan dari beberapa informan.

Dari informan yang berinisial MJ mengatakan bahwa:

“Rangsangan dari luar seperti teman itu sangat mempengaruhi seperi misalnya pada saat kita belajar ada teman yang mengganggu otomatis kita tidak konsentrasi untuk belajar, tetapi jika kita melihat itu teman orangnya pintar pasti kita mau seperti dengan dia jadi harus lebih konsentrasi lagi untuk blajar”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Kemudian informan yang berinisial YR mengatakan bahwa:
“Apabila teman itu mempengaruhi untuk tidak belajar maka saya mencoba untuk tidak mendekati atau mengikuti pengaruhnya tersebut, tetapi misalnya ada teman yang lebih pintar dari kita dan mempengaruhi kita otomatis kita ikut dengan mereka”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial M mengatakan bahwa:

“Kadang-kadang mempengaruhi, jika rangsangan tersebut tidak masuk dalam akal, kita hiraukan karena jika kita terbawah dari luar misalnya mengatakan jangan belajar maka kita tidak mendengar”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Selanjutnya, informan yang berinisial IW mengatakan bahwa:
“Tergantung dari teman, jika teman pintar maka saya termotivasi untuk belajar untuk megikuti mereka jika teman itu tidak focus dalam belajar maka saya tidak bergabung dengan mereka”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).

Adapun informan yang berinisial DPS mengatakan bahwa:


“Yach semakin meningkat motivasi saya, karena kadang-kadang membuat kita berusaha supaya bisa meningkat lagi cara belajar kita karena mendorong terus untuk belajar secara bersungguh-sungguh”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Selain itu, adapula informan yang berinisial NAY mengatakan bahwa:
“Ya mempengaruhi, misalnya ada teman yang mengganggu pada saat belajar, biasa konsentrasi kita menurun, tapi saya selalu usahakan untuk mempertahankan apa yang ada pada diri saya sendiri dan saya hiraukan apa yang dilakuka rangsangan dari luar tersebut jika itu buka dari pelajara”. ( Hasil wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, menunjukkan bahwa rangsangan dari luar diri seseorang tersebut ada yang mempengaruhi dan ada juga yang tidak, karena ada sebagian teman yang mangajak kita untuk belajar bersama supaya motivasi kita itu malah lebih meningkat, tetapi ada sebagian teman yang mempengaruhi untuk tidak belajar tidak memperhatikan apa materi yang di bawakan oleh guru tersebut, nach ketika teman yang dirangsang seperti itu, kami mencoba untuk tidak mendengarkan mereka atau menghiraukan mereka.

Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa akhirnya siswa tersebut malah kesulitan untuk mengerjakan sesuatu aktifitas belajar. Namun yang paling memotivasi dalam menghadapi suatu kesulitan itu diantaranya motivasi diri sendiri (Intrinsik) karena motivasi ini yang akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dari penjelasan diatas pendapat informan sebagai berikut.

Dari informan yang berinisial AN mengatakan bahwa:

“Ketika saya mendapat tugas sulit yang diberikan oleh guru maka saya berusaha untuk bertanya kepada teman-teman yang sudah selesai supaya tugas tersebut bisa terselesaikan dengan baik pula”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial A mengatakan bahwa:
“Yang memotivasi saya adalah biasa dari teman, jika saya tidak bisa kerja lagi itu tugas kemudian muncul lagi teman yang mendorong untuk kerja, haru semangat, sesulit apapun tugas itu pasti akan terselesaikan juga jika kita tetap berusaha”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).
Selanjutya, informan yang berinisial YR mengatakan bahwa:
“Saya belajar bersama untuk menyelesaikan tugas tersebut serta mengusahakan untuk mencari buku yang dapat dijadikan pedoman dalam tugas itu”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Hampir sama dengan informan yang berinisial AD mengatakan bahwa:
“Saya butuh dorongan dari orang tua dan bantuan dari guru, serta tetap bekerja sama dengan teman supaya tugas yang diberikan tersebut bisa terselesaikan dengan baik walaupun itu banyak yang beranggapan bahwa ini tugas yng sulit”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan diatas hasil wawancara dari guru sosiologi SMA Negeri 7 Pinrang yang berinisial MA mengatakan bahwa:

“Kesulitanya anak-anak mungkin terhdap pelajaran tersebut mungkin dia tidak tau apa manfaatnya, tidak tau apa gunanya kita ini belajar. Tidak sama dengan tekhni mesin dia langsung aplikasikan tapi jika sekolah umum itu dia masih rabah-rabah kegunaanya. Biasa juga ada siswa yang pertama dipelajari itu kegunaanya apalagi sosiologi itu baru bagi dia, karena waktu SMP tidak ada yang dipelajari jadi kita haru pertahankan memang tujuannya itu dan manfaat dari sosiologi, jika dia tahu manfaatnya untuk belajar akhirnya akan menimbulkan motivasi untuk belajar”. ( Hasil Wawancara, 13 Mei 2014).


Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, menunjukkan bahwa di dalam mengerjakan suatu tugas yang sulit itu kita harus butuh konsentrasi dan mengusahakan bekerja sama degan teman supaya bisa diselesaikan yang sulit tersebut, jika berfikiran bahwa tugas itu sulit dan tidak dikerjakan maka kita tambah tidak ada motivasi lagi untuk menyelesaikan.

Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah faktor intrinsic dan faktor ekstrinsik, dimana faktor intrinsik adalah faktor yang berala dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi untuk melakukan aktifitas belajar, sedangkan faktor ektsrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang mempengaruhi untuk melakukan aktifitas belajar.

Motivasi intrinsic ini di dasarkan pada teori bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan yang bertujuan untuk mencapai pemuaan. Dorongan-dorongan itu tidak dipelajari tetapi bekerja secara naluriah. Teori ekstrinsik didasarkan pada teori pengaruh lingkungan atau proses belajar. Bahwa keingina-keingina itu tidak semuanya bersumber dari naluri, tetapi sebagian adalah hasil proses belajar atau pengaruh lingkungan. Berikut dijelaskan oleh beberapa informan.

Dari informan yang berinisial H mengatakan bahwa:

“Faktor dari keluarga yang menonjol kalau menurut saya karena kalau disekolah Cuma bertemu teman kalau keluarga ketemunya it uterus-terusan dan bisa belajar bersama dengan mereka”. ( Hasl Wawancara, 5 Mei 2014).
Senada dengan yang kemukakan oleh informan yang berinisial F yang mengatakan bahwa:

“Faktor dari luar yaitu teman karena pertamanya saya tidak suka sosiologi tetapi karena dengan adanya teman yang mempengaruhi unuk tetap belajar dan mengatakan bahwa sosiologi itu di dalamnya banyak materi-materi yang mengajarkan kita untuk bermasyarakat”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Kemudian informan yang berinisial N mengatakan bahwa:
“Yang menonjol mempengaruhi untuk belajar adalah faktor dari diri saya sendiri, dimana saya ingin menjai orang yang sukses sepeti dengan orang lain yang telah membahagiakan kepada orang tuanya”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Adapun informan yang berinisial MR mengatakan dengan hal yang berbeda bahwa:

“Yang mempengaruhi untuk tidak termotivasi adalah dari diri sendiri, karena dari diri sendiri yang menimbulkan faktor kemalasan untuk belajar sehingga motivasi yang kita miliki malah bertambah menjadi kurang”.


Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan bahwa faktor yang paling menonjol mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah faktor instrinsik atau faktor dari diri sendiri, karena dari faktor inilah yang mendorong kita untuk tetap belajar secara bersungguh-sungguh untuk meraih suatu kesuksesan.

Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan orang tua. Harga diri seseorang bisa dilihat berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada orang tua. Hal ini sudah tertentu merupakan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukan kegiatan tersebut. Penjelasan beberapa informan.

Dari informan yang berinisial N mengatakan bahwa:

“Kadang-kadang mempengaruhi, tergantung dari banyaknya orang tersebut, walaupun banyak orang tetapi suasanya itu tidak mempengaruhi maka saya akan tetap belajar”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014)


Senada dengan yang dikemukakan oleh informan yang berinisial YR mengatakan bahwa:

“Ya kalau suasana rumah kita tenang otomatis kita juga senang untuk belajar, akan tetapi jika suasana rumah itu daam keadaan ribut, pasti saya akan ikut-ikutan juga untuk bergabung dengan mereka akhirnya pelajaran tersebut tertinggalkan”. ( Hasil Wawancara, 5 Mei 2014).


Kemudian informan yang berinisial M mengatakan dengan hal yang berbeda bahwa:

“Menurut saya itu tidak mempengaruhi karena mereka itu ribut bukan tujuannya untuk mengganggu pelajaran kita, walaupun mereka mengganggu proses belajar kita tetapi kita memang memotivasi diri sendiri untuk belajar maka kita tidak akan terpengaruh dari mereka semua”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014)


Hampir sama dengan informan yang berinisial A mengatakan bahwa:
“Saya akan tetap belajar dan tidak memperdulikan dari perkataan mereka jika mereka mengganggu kita. Saya akan tetap konsentrasi karena memang niat saya adalah ingin belajar dan belajar untuk mencapai suatu kesuksesan”. ( Hasil Wawancara, 7 Mei 2014).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diataa, menunjukkan bahwa kondisi atau suasana rumah itu ada yang mempengaruhi dan ada yang tidak mempengaruhi, tergantung dari kita sendiri apaka kita mau terlantarkan belajar kita, atu kita akan tetap belajar, tetapi seorang yang memang tinggi motivasi belajarnya seribut apapun orang dalam rumah tersebut dia akan menghindar dari suasana tersebut untuk mencari tempat untuk belajar.

      1. Yüklə 184,6 Kb.

        Dostları ilə paylaş:
1   2   3   4




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©www.genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə