9
*) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan,
Vol. 6, No. 1 (2017)
Menurut Yu dkk. (2012), nanofiltrasi
memiliki kelebihan yaitu tingginya fluks
yang dihasilkan pada tekanan operasi
rendah, selain itu hasil penelitiannya
menunjukkan dengan meningkatnya tekanan
operasi, meningkat pula hasil rejeksi unsur
arsen (Ar) pada sampel. Peningkatan hasil
rejeksi ini disebabkan oleh mekanisme
solution-diffusion.
3.5 Pengaruh pH dan Tekanan Operasi
pada Umpan Campuran
Uji filtrasi ini dilakukan dengan melewatkan
umpan yang mengandung unsur radioaktif
yang direpresentasikan dengan umpan
campuran
mengandung
cesium
(Cs),
stronsium (Sr), dan PAH.
Pada uji pada umpan campuran hanya
dilakukan pada tekanan operasi 5 bar.
Analisis fluks pada umpan campuran
ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 8 Perbandingan Kurva Relatif
Fluks (J/J
0
) Umpan Tunggal dan
Campuran pada Tekanan 5 bar
menggunakan Membrane NF270 (a) pH 4
(b) pH 7 (c) pH 9
Gambar 9 Kurva
Relatif Fluks (J/J
0
) pada Umpan
Larutan Campuran mengandung
1000 µg Cs/L, 1000 µg Sr/L, dan
10 mg PAH/ Variasi pH
menggunakan Membrane NF270
Pada Gambar 8 menunjukkan perbandingan
relatif fluks umpan cesium, stronsium,
dan/atau PAH pada kinerja membrane NF
270. Tren normalitas fluks paling rendah
pada pH 4 ditunjukkan oleh umpan
stronsium, sedangkan tren fluks paling
tinggi ditunjukkan oleh umpan PAH. Tren
fluks yang tinggi pada umpan stronsium pH
4
dipengaruhi
oleh
hidrolisis
pori
membrane. Pada pengaturan pH asam pada
umpan stronsium, ditambahkan HCl agar
membentuk kondisi asam. Akan tetapi,
terbentuk asam nitrat dalam reaksi senyawa
tersebut. Hal ini dijelaskan pada Subbab 4.4
mengenai Hasil Rejeksi Umpan terhadap
Kinerja Membrane (b) Stronsium. Pada pH
7 dan pH 9, tren normalitas fluks cesium dan
PAH berada paling tinggi, sedangkan umpan
campuran antara cesium, stronsium, dan
PAH berada paling rendah. Tren relatif fluks
pada umpan campuran berada paling rendah
dikarenakan berat molekul yang besar
karena sudah tercampurnya seluruh senyawa
foulant tunggal pada umpan campuran.
Tercampurnya foulant cesium, stronsium,
dan PAH mempengaruhi konsentrasi pada
umpan
menjadi
kompleks.
Dengan
kompleksitas dan konsentrasi umpan akibat
tercampurnya foulant tunggal menyebabkan
relative fluks berkurang. Penelitian Stefan
dkk. (2011) mengenai pengaruh konsentrasi
10
*) Penulis
**) Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan,
Vol. 6, No. 1 (2017)
polimer pada permeat membrane naofiltrasi
menyatakan
bahwa
kompleksitas
konsentrasi mempengaruhi penurunan tren
fluks. Pernyataan dan hasil serupa
disampaikan pula oleh Koyuncu dan
Topacik (2004) terkait penelitian mengenai
pengaruh
sistem
operasi
cross-flow,
konsentrasi umpan, dan tekanan pada rejeksi
NaCl menggunakan membrane nanofiltrasi.
Sedangkan pada Gambar 9 menunjukkan
tren relatif fluks pada umpan campuran
terhadap variasi
pH. Pada pH 9
menunjukkan bahwa relative fluks tertinggi
terdapat pada kondisi pH 9 (J=45,64
L/m
2
.jam), sedangkan relatif fluks terendah
terdapat pada pH 4 (J=38,66 L/m
2
.jam). Hal
ini tidak sebanding dengan hasil fluks pada
umpan tunggal yang menunjukkan bahwa
semakin meningkatnya pH , maka semakin
menurun fluks yang dihasilkan. Fenomena
ini disebabkan, nilai fluks akan meningkat
ketika berada pada pH dekat dengan pH
IEP
membrane.
Akan
tetapi,
fenomena
sebaliknya terjadi pada fluks (J) umpan
campuran. Fluks pada umpan campuran
menunjukkan
hasil
dengan
semakin
meningkatnya pH, meningkat pula nilai
fluks yang dihasilkan. Wang dkk. (2007)
dalam
Al-Rashdi
dkk.
(2012)
menyampaikan hasil penelitian serupa, yaitu
fluks permeat terdapat pada titik terendah
pada kondisi pH mendekati pH
IEP
. Hal ini
dapat disebabkan oleh polarisasi konsentrasi
atau adanya fouling pada permukaan
membrane. Childress dan Elimilech (2000)
dalam Al-Rashdi, dkk. (2012) menyatakan
bahwa fenomena ini terjadi karena
perubahan ukuran pori pada membrane yang
disebabkan oleh perluasan atau penyusutan
jaringan polimer membrane dan pengaruh
rendahnya elektroviskos. Sedangkan Ballet
dkk. (2004) menyatakan rendahnya nilai
fluks pada variasi pH disebabkan oleh
menyusutnya lapisan permukaan membrane
akibat perbedaan hidrasi grup ionik pada
membrane.
Dari pernyataan tersebut, dapat pula
disimpulkan pada umpan campuran terdapat
senyawa PAH yang berkurang kelarutannya
pada kondisi pH<5 akibat pembentukan
makromolekul disampaikan pada subbab 4.4
mengenai hasil rejeksi umpan terhadap
kinerja membrane (c) PAH, sehingga fluks
yang dihasilkan pada pH 4 lebih rendah
dibandingkan fluks pada pH 7 dan pH 9. Hal
ini dapat disebabkan karena terjadinya
fouling
akibat
makromolekul
yang
dihasilkan PAH tersebut.
3.6
Hasil Rejeksi Umpan terhadap
Kinerja Membran
Tabel 2 Tekanan Optimum Setiap
Parameter
Parameter
Cs
Sr
PAH
pH
4
6
bar
6
bar
6 bar
7
5
bar
5
bar
5 bar
9
5
bar
5
bar
5 bar
Tabel 2 menunjukkan tekanan optimum
yang digunakan pada pengambilan sampel
rejeksi. Rejeksi dilakukan pada satu titik
tekanan optimum untuk setiap pH.
Penentuan tekanan optimum berdasarkan
tren fluks yang memiliki nilai mendekati J
0
yaitu 1, karena nilai fluks yang paling
mendekati nilai J
0
menunjukkan tingkat
fouling
yang
cenderung
sedikit
dibandingkan dengan nilai fluks yang jauh
dari nilai J
0
sehingga dapat menghasilkan
rejeksi yang tinggi (Yusmaydiyanti, 2015).
Sehingga didapatkan hasil untuk umpan
tunggal dengan pH 4 optimal dengan
tekanan 6 bar, sedangkan umpan tunggal
dengan pH 7 dan pH 9 optimal dengan
tekanan 5 bar.