9
penampilannya.
b.
Wanita sebagai bread-winner
Wanita modern mulai mereposisi dirinya sebagai bread-winner
(pencari nafkah).Hal ini membuatpria metroseksual krisis identitas
karena peran yang sejak lama menjadi dasar dalam hubungan sosialnya
telah diambil alih. Namun hal ini tidak membuat kaum pria mengalami
disorientasi diri, sebaliknya kaum pria justru melihat adanya ruang
yang luas bagi proses rekonstruksi identitasnya yang b aru sehingga
muncullah pria metroseksual.
Namun menurut Simpson (2004), penyebab munculnya pria-pria
metroseksual yaitu dikarenakan naiknya gerakan feminisme dan
jatuhnya norma keluarga inti (nuclear family) serta banyaknya wanita
yang bekerja membuat pria tidak berhak mengklaim diri sebagai
pemimpin dan tidak berhak pula mengklaim maskulin, sehingga mereka
merekonstruksi jati diri mereka menjadi pria metroseksual.
2.
Perilaku konsumtif gaya hidup metroseksual
Pria metroseksual adalah women-oriented men (Kartajaya: 2004).
Secara lebih jauh, pria metroseksual dideskripsikan sebagai lak i-laki
yang cinta setengah mati tak hanya pada dirinya tetapi juga pada gaya
hidup kota besar yang dijalaninya (Simpson: 2004). Pria metroseksual
juga digambarkan dalam sosok yang normal atau straight, sensitive dan
terdidik hanya saja mereka lebih mengedepankan sisi feminin yang
10
mereka miliki (Jones: 2003).
Beberapa ciri pria metroseksual yang dikemukakan oleh
Kartajaya (2004) yaitu:
a.
Pada umunya hidup dan tinggal di kota besar dimana hal ini tentu
saja berkaitan dengan kesempatan akses informasi, pergaulan dan
gaya hidup yang dijalani dan secara jelas akan mempengaruhi
keberadaan mereka.
b.
Berasal dari kalangan berada dan mem iliki banyak uang karena
banyaknya materi yang dibutuhkan sebagai penunjang gaya hidup
yang dijalani.
c.
Memiliki gaya hidup urban dan hedonis.
d.
Secara intens mengikuti perkembangan fashion di majalah-majalah
mode pria agar dapat mengetahui perkembangan fashion terakhir
yang mudah diikuti.
e.
Umumnya memiliki penampilan yang klimis, dandy dan sangat
memperhatikan penampilan serta perawatan tubuh.
Keberadaan pria metroseksual adalah sesuatu yang menarik untuk
dikaji. Fenomena ini telah berkembang secara global dan kian nyata
(Kartajaya: 2004).Keberadaan pria metroseksual telah menciptakan
segmen baru dalam dunia bisnis dan industri. Jika dulu wanita menjadi
kaum terdepan dalam pola hidup merawat diri dan berpenampilan, maka
sekarang pria metroseksual menjajari bahk an dalam beberapa kasus
bias menjadi lebih perhatian dan cenderung seperti berlebihan.
11
Pada saat ini, majalah-majalah khusus pria mulai bermunculan
dan menjadikan pria metroseksual sebagai target market mereka, belum
lagi dengan produk-produk khusus pria yang berkaitan langsung dengan
tubuh dan penampilan fisik.Pada kenyataannya secara lebih lanjut,
bisnis spa, salon dan klub fitness juga mendapatkan pria metroseksual
sebagai target market yang empuk karena perilaku mereka tersebut.
Perilaku konsumtif pria metroseksual nyaris sama dengan yang
dilakukan oleh kaum wanita yang berasal dari kalangan atas.
Penggunaan kosmetik, pakaian dan segala aksesoris serta kebutuhan
perawatan diri menjadi menu yang sudah lazi m untuk diakrabi dan
dijalani.Pria metroseksual dikatakan sebagai individu yang sangat
mencintai diri sendiri dan tergolong narsis. Mereka seperti rela
melakukan apa saja dan mengelu arkan biaya yang besar hanya un tuk
mendapatkan penampilan yang sempurna menurut mereka.
Jones (2003) mengatakan bahwa pria metroseksual akan
melakukan, membeli dan menikmati apa saja yang mereka inginkan.
Pria metroseksual pasti berasal dari kalangan the have atau memiliki
pendapatan yang besar. Sebagai kalangan kaya, mereka mampu
memuaskan segala keinginannya dan mendapatkan apa saja yang
terlintas dalam pikiran mereka (Katona: 1991). Oleh karena
karakteristik khusus tersebut, mereka menjadi target market yang sangat
potensial bagi produsen. Disini produsen bis a memanfaatkan momen
dan kesempatan ini untuk menjadikan pria metr oseksual bukan hanya
12
eksis dengan atribut dan label yang khas tetapi juga pasar bagi bisnis
kapital.
Ada banyak hal yang penting bagi pria metroseksual.Misalnya
saja bagian kaki dan tangan. Untuk melakukan perawatan pada kaki dan
tangan saja pria metroseksual melakukan pedicure dan manicure secara
teratur seperti halnya kaum wanita (Kartajaya: 2004). Bagi mereka,
melakukan hal tersebut tidak akan melunturkan maskuli nitas yang
mereka miliki (Jones: 2003). Untuk gaya hidup yang lain seperti pola
interaksi, mereka lebih senang melakukannya dari cafe ke cafe. Sebagai
pelengkap gaya hidup yang dijalani maka pemilihan dan penggunaan
kendaraan transportasi atau mobilpun terkadang tidak sembarangan.
Pria metroseksual biasanya mengusung kemewahan dengan barang
pilihannya.
Perilaku konsumtif pria metroseksual dikatakan bersifat overt
atau terlihat. Perilaku konsumtif yang sifatnya overt, tampak dari begitu
jelas dan nyatanya perilaku yang dilakukan oleh individu yang
bersangkutan (Peter&Olson: 2005).Perilaku ini bisa dilihat dari
bagaimana
mereka
berusaha
merawat
diri
dan
mempercantik
penampilan mereka agar tampak trendy, klimis dan dandy dengan
melakukan aktivitas-aktivitas seperti pergi ke salon, butik, klub fitness
sampai cafe-cafe untuk kebutuhan interaksi yang bebas, khas dan
melapangkan akses bagi sifat hedonis yang mereka kedepankan.
Menurut Kottler dan Armstrong (1997) ada beb erapa faktor yang
Dostları ilə paylaş: |