Efek Calsium-Fosfor Dengan Rasio Berbeda Terhadap Retensi Nutrien dan Perobahan Komposisi Kimia Tubuh Juvenil Udang Windu



Yüklə 79,13 Kb.
tarix02.03.2018
ölçüsü79,13 Kb.
#28722

Efek Calsium-Fosfor Dengan Rasio Berbeda Terhadap

Retensi Nutrien dan Perobahan Komposisi Kimia Tubuh

Juvenil Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr.)
Effect of Calcium – Phosphorous with Different Ratio

on Nutrient Retension and Changes the Chemical Composition of Tiger Shrimp

Juvenile (Penaeus monodon Fabr.)
Zainuddin1

Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas Makassar


ABSTRACT
This study aims to determine the effects of calcium and phosphorus with different ratios of nutrient retention and changes the chemical composition of juvenile shrimp body. Organism sample used in this experiment were juvenile tiger prawns with an average weight of 3.43 ± 0.05 g/fish. Stocking density was 6 fish per aquarium (size 60cmx50cmx40cm). This research was formulated according to completely randomized design with four treatments and three replications. The treatments applied were the ratio of calcium and phosphorus in shrimp feed. Feed A (Ca / P 1:0,5), feed B (Ca / P 1:1,0), feed C (Ca / P 1:1.5) and feed D (Ca / P 1:2,0 ). Feed provided was four times per day i.e. 07.00 AM, 11.00 AM, 15.00 PM and 21.00 PM.. The juvenile tiger prawns maintained for 8 weeks.

The results showed that calcium and phosphorus with different ratios in the feed does not give effect to the retention of nutrients include protein, fat, calcium and phosphorus. While the provision of calcium and phosphorus in different ratios to changes in body chemical composition includes protein, fat and ash content of juvenile tiger prawns have a significant effect except for crude fiber and BETN not significant. . Based on this study can be concluded that the ratio of Ca and P with a value of 1: 1.0 to 1:1.5 to give better effect to change the chemical composition of juvenile shrimp body.


Key word: Tiger shrimp juvenile, retention of nutrients, chemical composition of shrimp body
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek calcium dan fosfor dengan rasio berbeda terhadap retensi nutrient dan perobahan komposisi kimia tubuh juvenil udang windu. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah juvenil udang windu dengan bobot rata-rata 3,43 ± 0,05 g/ekor. Padat tebar adalah 6 ekor per akuarium (ukuran 60cmx50cmx40cm). Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Adapun perlakuan yang diterapkan adalah rasio calcium dan fosfor dalam pakan udang windu. Pakan A (Ca/P 1:0,5), pakan B (Ca/P 1:1,0), pakan C (Ca/P 1:1,5) dan pakan D (Ca/P 1:2,0). Pakan diberikan empat kali per hari yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00 dan 21.00 wita. Juvenil udang windu dipelihara selama 8 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian calsium dan fosfor dengan rasio berbeda ke dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap retensi nutrien meliputi protein, lemak, kalsium dan fosfor. Sedangkan pemberian calsium dan fosfor dengan rasio berbeda terhadap perubahan komposisi kimia tubuh meliputi protein, lemak dan kadar abu juvenil udang windu berpengaruh signifikan kecuali serat kasar dan BETN tidak signifikan. . Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa rasio Ca dan P dengan nilai 1: 1,0 hingga 1:1,5 memberikan efek yang lebih baik terhadap perobahan komposisi kimia tubuh juvenil udang windu.

Kata kunci : juvenil udang windu, retensi nutrisi, komposisi kimia tubuh udang

1) Penulis untuk korespondensi, HP. 08124258073, 085340708073



PENDAHULUAN
Penelitian tentang kebutuhan unsur makro dalam pakan udang windu telah banyak dilakukan (Liao dan Sheen 1993), sedangkan penelitian unsur mikro khususnya mineral masih sangat terbatas (Zainuddin 2001), padahal peranan unsur mineral tersebut terhadap pertumbuhan udang tidak dapat diabaikan (Davis dan Gatlin III 1991). Secara umum fungsi mineral antara lain sebagai unsur pokok dari eksoskeleton, menjaga keseimbangan tekanan osmosa, unsur pokok dalam struktur jaringan, berperan dalam transmisi syaraf pusat dan kontraksi otot, sebagai komponen enzim, vitamin, hormon, pigmen, kofaktor dalam metabolisme, katalisator dan aktivitas enzim (Akiyama et al 1991; Davis dan Gatlin III 1991 ; Zainuddin dkk. 2000 ).

Calsium (Ca) dan fosfor (P) merupakan mineral penting dari 20 jenis mineral yang diidentifikasi memegang peranan penting dalam tubuh udang (Akiyama et al 1991). Calsium dan fosfor merupakan komponen utama dari materi anorganik pakan. Secara kuantitatif fungsi utama dari Ca dan P terutama pada pembentukan jaringan keras seperti halnya tulang, eksoskeleton dan rangka. Pada udang terutama berperanan dalam pembentukan kulit dan karapaks. Ca merupakan mineral yang sangat penting terutama dalam transmisi impuls syaraf, osmoregulasi, kontraksi otot dan kofaktor pada beberapa proses enzimatik. Sementara itu, P merupakan mineral yang banyak berperanan dalam proses metabolik seperti bagian esensial dari fosfolipid, asam amino, fosfoprotein, adenosin trifosfat (ATP) dan banyak berperan dalam metabolisme intermidier (Zubay 1983 dalam Davis dan Gatlin III 1991).

Meskipun Ca dan P tersedia di perairan, akan tetapi konsentrasinya sangat rendah (Boyd 1981 dalam Davis dan Gatlin III) diperkirakan hanya sebesar 0,02 mg/L (Lall 1989) sehingga penambahan ke dalam pakan mutlak diperlukan untuk mencukupi kebutuhan udang (Akiyama dan Chwang 1989). Zainuddin (2001) melaporkan bahwa penambahan P ke dalam pakan udang windu sebesar 1-2% memberikan efek yang positif terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang windu.

Disamping itu, Ca dan P yang merupakan unsur utama penyusun karapaks udang windu yang disebut exuvia sehingga kekurangan atau kelebihan Ca/P akan berpengaruh terhadap proses pergantian kulit (molting) pada udang windu. Hingga saat ini penelitian tentang rasio Ca dan P dalam pakan udang windu khususnya pengaruhnya terhadap retensi nutrient dan perobahan komposisi kimia tubuh belum pernah dilakukan padahal Ca dan P merupakan golongan mineral yang saling sinergis satu dengan lainnya, sehingga ketepatan dalam menentukan rasio Ca dan P akan menentukan efisien tidaknya pakan dan pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan udang windu. Berpedoman pada hal tersebut maka penelitian tentang rasio Ca dan P dalam pakan udang windu sangat penting dilakukan.



METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Pemeliharaan udang dilakukan di Laboratorium Hatchery Mini Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 dan pengujian proksimat pakan di lakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Unhas.



Wadah dan Media Penelitian

Wadah yang digunakan adalah akuarium kaca yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 60cmx50cmx40cm sebanyak 12 buah yang diisi air bersalinitas 27 ppt (titik isotonik untuk jenis udang windu) (Fox 1993). Penempatan wadah penelitian dilakukan secara acak sesuai petunjuk Steel dan Torrie (1993).

Selama penelitian, salinitas dan suhu air media dibuat konstan. Air yang digunakan adalah air laut yang diencerkan sehingga salinitasnya sesuai. Sebelum digunakan, air laut tersebut ditampung dalam bak besar dan didesinfektan serta diaerasi selama 24 jam. Setiap wadah dilengkapi dengan aerator.

Hewan Uji

Udang uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah juvenil udang windu dengan bobot tubuh rata-rata 3.43 ± 0,05 g per ekor yang sebelumnya dipelihara dari PL 20. Selanjutnya juvenil udang uji dipelihara selama 8 minggu. Udang uji dipelihara dalam 12 buah akuarium sesuai perlakuan yang ditetapkan.



Pakan Uji

Pakan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat macam pakan dengan rasio Ca dan P yang berbeda. Keempat macam pakan tersebut mempunyai kandungan protein, lemak dan karbohidrat yang sama. Komposisi pakan yang digunakan mengacu kepada hasil penelitian Zainuddin (2001) dengan penambahan Ca dan P yang berbeda. Komposisi pakan setelah penambahan Ca dan P dengan rasio berbeda disajikan pada Tabel 1.


Tabel 1. Komposisi pakan percobaan (%)

Bahan

Rasio Ca dan P

A(1 : 0.5)

B(1 : 1.0)

C(1 : 1.5)

D(1 : 2.0)

Tepung rebon

15.00

15.00

15.00

15.00

Tepung ikan

40.00

40.00

40.00

40.00

Tepung terigu

15.00

15.00

15.00

15.00

Minyak cumi

7.66

7.66

7.66

7.66

CMC

3.00

3.00

3.00

3.00

Vitamin mix1

2.70

2.70

2.70

2.70

Mineral mix tanpa Ca & P2

4.00

4.00

4.00

4.00

Fosfor

0.50

1.00

1.50

2.00

Calsium

1.00

1.00

1.00

1.00

Kolesterol

1.00

1.00

1.00

1.00

Sellulosa

10.14

9.64

9.14

8.64

1Vitamin mix (New 1976 dalam Suwirya 1993)

2Mineral mix (Briggs et al. 1988 dalam Fox 1993)

Setelah pakan dibuat dalam bentuk pasta, maka pakan tersebut dianalisis proksimat dan hasil analisisnya disajikan dalam Tabel 2.


Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan pakan sebagai perlakuan (Tabel 1), dan setiap perlakuan mempunyai tiga ulangan, sehingga diperoleh 12 unit penelitian.



Tabel 2. Komposisi proksimat pakan uji (%)

Kandungan

Rasio Ca dan P

A(1 : 0.5)

B(1 : 1.0)

C(1 : 1.5)

D(1 : 2.0)

Protein

27,88

27.42

27.82

27.53

Lemak

16.88

17.07

17.27

17.50

Kadar abu

18.95

21.11

23.55

25.30

Serat kasar

13.68

14.43

14.04

14.17

BETN

22.61

19.97

17.32

3.00

Mineral Ca

1.04

1.14

1.26

1.36

Mineral P

1.01

1.90

2.79

3.44

Ket: Hasil Analisis Lab. Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Unhas

Pelaksanaan Penelitian

Adaptasi udang uji terhadap pakan

Penelitian didahului dengan persiapan dan adaptasi udang uji terhadap pakan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada masa ini meliputi pembuatan pakan uji, penyediaan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian dan adaptasi udang uji. Adaptasi udang uji terhadap pakan dilakukan selama 2 minggu. Pakan yang digunakan selama masa adaptasi adalah pakan pellet. Setelah udang uji memberikan respon dan sudah terbiasa dengan pakan pellet maka masa adaptasi dianggap cukup.



Penebaran udang uji

Udang uji yang telah diadaptasikan terhadap lingkungan dan pakan buatan dimasukkan ke dalam tiap-tiap akuarium dengan padat penebaran 6 ekor/akuarium. Juvenil udang uji dipuasakan selama satu hari, kemudian ditimbang untuk mengetahui bobot awal udang yang akan dicobakan.



Pemberian pakan dan Pemeliharaan

Pemberian pakan dilakukan empat kali sehari, yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00 dan 21.00 (Zainuddin 2001). Jumlah pakan yang diberikan adalah 5% dari bobot tubuh udang windu perhari. Penyesuaian jumlah pakan dilakukan sekali dalam dua minggu bersamaan dengan pengamatan bobot tubuh udang. Untuk menjaga agar kualitas air tetap layak untuk kehidupan udang windu selama masa pemeliharaan maka pergantian air dilakukan setiap harinya sebesar 50%. Juvenil udang windu dipelihara selama 8 minggu.


Pengukuran Peubah

Adapun peubah yang diamati adalah:



Retensi nutrien

Retensi nutrien yang diukur antara lain retensi protein (RP), lemak (RL), kalsium (RCa) dan fosfor (RF).

RP =

RL =

RCa =

RF =

Sumber : Watanabe (1988)

Komposisi kimia tubuh

Komposisi kimia tubuh yang diukur antara lain kadar protein, lemak, BETN, kadar abu dan serat kasar. Perobahan komposisi kimia tubuh diketahui berdasarkan selisih antara komposisi kimia tubuh udang uji sebelum dan sesudah percobaan.



Analisa Data

Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap retensi nutrien dan perobahan komposisi kimia tubuh juvenil udang windu maka data hasil pengamatan diolah dengan menggunakan analisis ragam (Steel dan Torrie 1993).


HASIL DAN PEMBAHASAN
Retensi protein, lemak, kalsium dan fosfor

Pengaruh pemberian pakan dengan rasio Ca/P yang berbeda terhadap retensi protein, lemak, kalsium dan fosfor pada tubuh juvenil udang windu dari setiap perlakuan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata retensi protein, lemak, kalsium dan fosfor juvenil udang windu pada akhir penelitian 1)


Retensi

Rasio Ca dan P

A(1 : 0.5)

B(1 : 1.0)

C(1 : 1.5)

D(1 : 2.0)

Protein (%)1

148.62±44.04

142.22±11.71

153.51±69.01

145.72±8.70

Lemak (%)1

13.87±3.41

16.79±1.74

33.83±15.78

20.47±3.73

Kalsium (%)1

46.22±22.39

39.84±9.01

44.44±21.77

34.46±1.31

Fosfor (%)1

71.03±40.51

57.05±4.39

52.52±23.98

47.97±0.79

Keterangan :

  1. Tidak terdapat perbedaan antar perlakuan (p>0.05).

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa penambahan Ca dan P kedalam pakan buatan dengan rasio berbeda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap retensi protein, lemak, kalsium dan fosfor juvenil udang windu. Hal ini berarti semua rasio Ca dan P yang digunakan di dalam penelitian memiliki potensi yang sama terhadap retensi protein, lemak, kalsium dan fosfor juvenil udang windu. Hasil penelitian Zainuddin (1998) mendapatkan penambahan fosfor dalam pakan hingga 1.5% ke dalam pakan buatan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap retensi lemak dan retensi fosfor benih ikan jambal siam dan udang windu *Zainuddin, 2001). Meskipun demikian terlihat bahwa rasio Ca dan P sebesar 1:1.5 memberikan retensi protein dan lemak yang relatif lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya kecenderungan dengan meningkatnya rasio Ca dan P dalam akan menyebabkan menurunnya retensi fosfor juvenil udang windu. Hal ini sejalan dengan penelitian Nordrum et al. (1997) yang menunjukkan hasil retensi fosfor ikan Atlantik salmon yang semakin rendah dengan meningkatnya kadar fosfor dalam pakan. Demikian pula penelitian Zainuddin (1998) memperoleh kecenderungan yang sama pada ikan jambal siam. Pada kadar fosfor pakan yang rendah udang cenderung meretensi fosfor sebanyak mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan jika kadar fosfor pakan meningkat maka kemungkinan untuk meretensi fosfor semakin kecil karena dipakai untuk keperluan lainnya.

Komposisi Proksimat

Pengaruh pemberian pakan dengan rasio Ca/P yang bervariasi terhadap komposisi proksimat tubuh juvenil udang windu dari setiap perlakuan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata kandungan protein, lemak, serat kasar, BETN dan kadar abu juvenil udang windu pada akhir penelitian


Komposisi

Rasio Ca dan P

A(1 : 0.5)

B(1 : 1.0)

C(1 : 1.5)

D(1 : 2.0)

Protein (%)

71.25 ± 0.67a

71.26 ± 0.29a

68.17 ± 1.05b

68.97 ± 0.32b

Lemak (%)

4.82 ± 0.04a

5.01 ± 0.06a

6.77 ± 0.22 b

5.26 ± 0.29a

Serat kasar (%)

6.89 ± 0.20a

6.50 ± 0.72a

7.25 ± 0.31a

7.25 ± 0.40a

BETN (%)

1.16 ± 0.88a

3.03 ± 0.14a

1.80 ± 1.47a

1.65 ± 0.02a

Kadar abu (%)

15.88 ± 0.47a

14.20 ± 0.62b

16.01 ± 0.38a

16.88 ± 0.41a

Keterangan :

ab) Huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan antar perlakuan (p>0.05)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa rasio Ca dan P yang berbeda berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan protein, lemak dan kadar abu tubuh juvenil udang windu pada akhir penelitian. Sedangkan rasio Ca dan P yang berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan serat kasar dan BETN tubuh juvenil udang windu pada akhir penelitian.

Berdasarkan uji Tukey untuk kandungan protein tubuh menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C dan D tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan A. Adanya perbedaan antara perlakuan terhadap kandungan protein tubuh juvenil udang windu menunjukkan bahwa Ca dan P berperanan penting dalam sintesis protein. Hal ini ditegaskan oleh Davis dan Gatlin III (1991) bahwa sebagai bagian dari komponen DNA dan RNA , Ca dan P juga berperanan dalam sintesis protein. Adanya peningkatan kemampuan sintesis protein pada rasio Ca dan P dengan perbandingan 1:1 menunjukkan bahwa pada rasio tersebut menyebabkan sintesis protein lebih tinggi.

Berdasarkan uji Tukey untuk kandungan lemak tubuh udang windu menunjukkan bahwa perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B dan D. Sedangkan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata diantara ketiganya. Tingginya kandungan lemak tubuh udang windu pada pelakuan C diduga karena rasio Ca dan P sebesar 1:1,5 merupakan rasio yang optimal untuk sintesis lemak. Sehubungan dengan hal tersebut Onishi et al. (1981) dalam Skonberg et al. (1997) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pemberian Ca dan P dalam pakan dengan metabolisme lemak. Terdapat hubungan antara menurunnya sintesis protein dengan meningkatnya sintesis lemak. Hal ini terlihat pada perlakuan C dimana sintesis protein menurun sedangkan sintesis lemaknya meningkat. Atau sebaliknya pada perlakuan A dan B dimana sintesis proteinnya meningkat sedangkan sintesis lemaknya menurun. Menurunnya deposit lemak pada tubuh udang windu diakibatkan oleh meningkatnya β-oksidasi asam lemak dan meningkatnya aktivitas glukoneogenesis (Sakamoto dan Yono, 1978 dalam Eya et al. 1997).

Kandungan serat kasar dan BETN tubuh udang windu tidak dipengaruhi oleh rasio Ca dan P yang berbeda. Hal ini berarti dengan rasio Ca dan P sampai 1:2 dalam pakan tidak menyebabkan perbedaan terhadap serat kasar dan kandungan BETN pada tubuh udang hingga penelitian ini berakhir.

Hasil uji Tukey untuk kadar abu tubuh udang uji menunjukkan bahwa perlakuan B dengan rasio Ca dan P 1:1 berbeda nyata dengan perlakuan A, C dan D. Sedangkan ketiga perlakuan lainnya tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Kadar abu dapat mencerminkan kandungan mineral tubuh, oleh karena itu untuk mendeterminasi mineral dapat melalui kadar abu (Mc. Dowel, 1992 dalam Seyawati, 1996). Menurut Lall (1989), Ca dan P merupakan pembentuk tulang utama pada ikan atau pembentuk eksuvia pada udang. Rendahnya kadar abu pada perlakuan B menunjukkan bahwa rasio Ca dan P 1:1 merupakan rasio yang optimum jika ditambahkan ke dalam pakan buatan.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:



  1. Penambahan Ca dan P dalam pakan dengan rasio yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap retensi protein, lemak, kalsium dan fosfor pada juvenil udang windu yang dipelihara selama 8 minggu.

  2. Rasio Ca dan P dalam pakan dengan perbandingan 1:1 dan 1:1.5 memberikan kandungan protein dan lemak tertinggi dan kandungan abu yang paling rendah

  3. Penambahan Ca dan P dalam pakan dengan rasio yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar BETN dan serat kasar juvenil udang windu pada akhir penelitian

Saran

Perlu penelitian lanjutan tentang peranan mineral lainnya dalam pakan udang


Daftar Pustaka
Akiyama, D.M. and N.L.M. Chuwang. 1989. Shrimp feed requirement and feed management. In: Akiyama, D.M. (ed.). Proceedings of the South Asia shrimp farm management workshop. Philippines, pp: 75-82
Akiyama, D.M., W.G. Dominy, and A.L. Lawrence. 1991. Penaeid shrimp nutrition for the commercial feed industry : Revised. In: Akiyama, D.M. and R.K.H. Tan (ed.). Proceedings of the feed proceeding ang nutrition workshop. Thailand and Indonesia, pp: 80-98
Davis, D.A. and D.M. Gatlin III. 1991. Dietery mineral requirement of fish and shrimp. In: Akiyama, D.M. and R.K.H. Tan (ed.). Proceedings of the feed proceeding ang nutrition workshop. Thailand and Indonesia, pp: 80-98
Eya, J.C. and R.T. Lovell. 1997. Available phosphorus requirements of food-size channel catfish (Ictalurus punctatus) fed practical diets in ponds. Aquaculture, 154: 283-291.

Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor


Fox, C.J. 1993. The effect of dietery chitin on the growth, survival and chitinase in the digestive gland of juvenile Penaeus monodon (Fabr.). Aquaculture, 109:39-49
Georgievskii, V.I. 1982. Mineral composition of bodies and tissues of animals, p. 69-77. In: Cole, D.J.A., Haresign, W. Hendrichsmeyer, J.P. Hudson, G. Kimber, J.L. Krider, G.E. Russel, D.E. Tribe and V.R. Young (eds.). Mineral nutrition of animals. Butterworths, London.
Huisman, E.A. 1976. Food conversion effeciencies at maintenance and production levels for carp (Cyprinus carpio, Linn) and rainbow trout (Salmo gairdneri, Ric.). Aquaculture, 9(2): 259-273
Lall, S.P. 1989. The minerals. In: J. E. Halver (ed.). Fish nutrition. Second edition. Academic press. Inc. San Diego, pp: 220-252
Liao, I.C. and S.S. Sheen. 1993. Prawn nutrition studies in Taiwan. In: J.P. Mc. Vey (ed.). CRC Handbook of mariculture 2nd edition Volume I. Crustacean aquaculture. CRC Press. Boca Raton Ann Arbor, London, p: 95-102
National Research Council. 1983. Nutrient requirement of warm water fishes and shellfishes. National academy of sciences. Washinton D.C.
Nordrum, S., T. Asgard, K.D. Shearer and P. Arnessen. 1997. Availability of phosphorus in fish bone meal and inorganic salts to Atlantic salmon (Salmo salar) as determined by retention. Aquaculture, 157:51-61

Skonberg, D.I., L. Yogev, R.W. Hardy and F.M. Dong. 1997. Metabolic response to dietary phosphorus intake in rainbow trout (Onchorhynchus mykiss). Aquaculture, 1957: 11-24.


Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan prosedur statistika (suatu pendekatan biometrik). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sticney, R.R. 1979. Principles of warm water aquaculture. A wiley-interscience publication. John Wiley and Sons. New York.
Suderajad, P. 2003. Pengaruh penambahan kalsium dalam pakan terhadap pertumbuhan dan sintasan juvenil ikan bandeng (Chanos chanos). Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Watanabe, T. 1988. Fish nutrition and mariculture. Kanagawa international fisheries training centre. Japan International Cooperation Agency (JICA), Japan.
Zainuddin, 1998. Kadar Fosfor Optimum dalam Pakan Benih Ikan Jambal Siam (Pangasius sutchi Fowler). Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Zainuddin, 2001. Pengaruh Pemberian Mineral Fosfor dalam Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Juvenil Udang Windu (Penaeus monodon), Lembaga Penelitian, Universitas Hasanuddin. Makassar.


Yüklə 79,13 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©www.genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə