Kimia material the synthesis and characterization of cobalt-rice husk silica nanoparticles



Yüklə 77,69 Kb.
tarix02.03.2018
ölçüsü77,69 Kb.
#28804

MAKALAH

KIMIA MATERIAL


THE SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF COBALT-RICE HUSK SILICA NANOPARTICLES
(Adopt From The Open Colloid Science Journal 2011, 4, 12-18)

Author: Farook Adam, Jeyashelly Andas, And Ismail Ab. Rahman
Dosen Pengampu: Prof. Sentot Budi Rahardjo,Ph.D




Oleh :

Ika Maryani

:

S 831008027

Widha Nur Agastya

:

S 831008072



PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011
SINTESIS DAN KARAKTERISASI SILIKA SEKAM PADI KOBALT NANOPARTIKEL
Abstrak

Kobalt nanopartikel (berukuran nano) berbentuk menyerupai bola dan jarum yang menjadi satu bagian dengan silika sekam padi disintesis secara sederhana, yang cepat dan ramah lingkungan dengan menggunakan sol-gel pada suhu kamar. Ini dibuat dengan mencampur 20 wt% kobalt 2+ dengan natrium silikat dari sekam padi dalam kondisi ambient untuk membentuk RH-20. Kobalt ditemukan menjadi pengganti isomorf dalam matriks silika. Dispersi kobalt nanopartikel dibuktikan dari difraksi sinar X. Transmisi mikroskop electron(TEM) dapat memastikan sebuah penyebaran yang baik dan spherical (bola) kobalt nanopartikel yang mempunyai ukuran partikel rata-rata 5,6 nm. Sifat magnetik dari material ini diukur dengan menggunakan magnetometer getar (vibrating magnetometer). Kejenuhan magnetisasi tersebut, Ms dan kekuatan korosif., Hc ditemukan masing-masing menjadi 0,245 emu/g dan 304,09 Oe.


Kata kunci: kobalt nanopartikel, spherical (bulat), silika sekam padi, sol-gel, magnetisasi.


  1. Pendahuluan

Nanopartikel telah dianggap sebagai material yang penting dan sangat luar biasa karena sifatnya yang nyata seperti efek ukuran dan permukaan. Material-material ini sangat aplikatif di berbagai bidang seperti katalisis, elektronik, optic, bioteknologi dan kemagnetan. Kobalt dikenal sebagai logam transisi karena mempunyai manfaat yang sangat luas dalam banyak studi dibidang katalitik. Misalnya kobalt nanopartikel digunakan pada silika dalam destilasi ethanol, CoFe2O4 dan Co3O4 nanokristal sebagai katalis heterogen untuk oksidasi sikloheksana dan pembakaran metana. Karena aplikasinya yang cukup luas, berbagai metode telah digunakan oleh para peneliti untuk menghasilkan Co yang unik atau Co nano partikel bimetal yang mencakup dekomposisi termal, iradiasi laser berdenyut, kondensasi uap kimia (CVD), hujan Co (Co-Precipitation), teknik misel terbalik, reduksi cobalt klorida, dan termolisis. Baru-baru ini, sebuah nanopartikel feromagnetik berukuran antara 35-200 nm berhasil disintesis dengan teknik modifikasi poliol. Selain itu, kobalt nanopartikel dibuat dengan mikroemulsi terbalik (reserve microemulsion) baik secara alami maupun dengan penambahan ion surfaktan. Selanjutnya Fu dan asistennya telah mengembangkan kobalt inti bulat/silika nano partikel oleh pengaktifan plasma penguapan logam. Namun, sebagian besar prosedur yang ada tergolong mahal, rumit, memakan waktu lama, dan melibatkan pelarut organic. Misalnya, metodologi dekomposisi termal yang memerlukan kalsinasi yang lama dan suhu yang tinggi seperti yang dilaporkan oleh Yang dkk.

Silika merupakan bahan pendukung inert dengan luas permukaan yang tinggi. Silika tersebut telah banyak digunakan dalam keramik dan barang elektronik. Sekam padi, salah satu limbah pertanian yang banyak tersedia dan telah muncul sebagai sumber amorf yang ideal dari silika kelas tinggi. Banyak penelitian yang melaporkan bahwa, silika sekam padi digunakan sebagai katalis. Proses sol gel merupakan jalur sintesis yang sederhana dan efektif untuk memproduksi nanomagnetik, nanotube silika , dan nanokomposit. Selain itu, baru-baru ini, Zaky dkk, juga memperoleh distribusi ukuran kecil silika nanopartikel dengan ukuran rata-rata 50-70 nm dari semi pembakaran abu jerami padi. Jadi untuk pertama kalinya disini kita mengusulkan prosedur baru, yaitu sol-gel yang sederhana untuk mensintesis kobalt nanopartikel yang diterapkan pada silika sekam padi dengan morfologi yang unik dan peralatan magnetic.




  1. Metode dan material

Sekam padi diperoleh dari pabrik penggilingan padi lokal di Penang Malaysia. Kobalt nitrat (Co(NO3)2.6H2O), dari R&M chemicals, 99%) digunakan sebagai precursor kobalt. Natrium hidroksida (QRec, 99%) dan asam nitrit (QRec, 69%) merupakan kelas analisis yang digunakan tanpa pemurnian lebih lanjut. Sebelum perlakuan, pencucian sekam padi dilakukan menurut prosedur yang dilaporkan oleh Adam dkk.

Digunakan untuk menghilangkan logam dari sekam padi

30,0 g sekam padi dicuci dan dikeringkan

Diaduk dalam 500ml HNO3 selama semalam

Dicuci secara menyeluruh dengan air suling berlebih

Sekam padi-HNO3

Sekam padi Dikeringkan dalam oven pada suhu 1100 C selama 24 jam


Sekam padi-NaOH ditimbang dan di catat

Sekam padi-NaOH dikeringkan dalam oven selama 1hari

Residu

disaring

filtrat

Diaduk dengan keras selama 24 jam

Ditimbang dan ditambahkan ke 500ml NaOH 1M

Filtrate yang mengandung silikat disimpan dalam wadah tertutup

Natrium disaring

Jumlah silica diekstraksi dari sekam padi yang diduga mempunyai perbedaan massa antara sekam padi-HNO3 dan sekam padi NaOH

Residu

Digunakan sebagai sumber silika



Preparasi silica-sekam padi tersebut dilakukan seperti literatur yang diterbitkan, tetapi pH dipertahankan pada posisi 3. Sekam padi-silika disintesis dengan natrium silikat dengan HNO3 3,0 M sampai mencapai pH 3. Suspensi A berwarna coklat kekuningan diamati selama titrasi. Suspensi yang diamati adalah suspensi yang berusia selama 2 hari yang tertutup dalam container. Gel ditemukan oleh sentrifugasi yang kemudian diserap disaring, dicuci dengan air suling berlebih dan dikeringkan dalam oven pada suhu 1100 C. katalis yang kering itu merupakan tanah untuk menghasilkan 3,30 g silika sekam padi.

Kobalt silika sekam padi dibuat dengan titrasi natrium silikat dengan 130 ml 3M HNO3 yang berisi 20 wt.% ( % berat) dari Co(NO3)2.6H2O untuk mendapatkan kobalt sekam padi-20. Secara singkat, titrasi dilakukan sampai pH 3 dan suspensi yang diperoleh berumur 48 hr dalam wadah tertutup pada suhu kamar. Setelah 2 hari penyimpanan, gel yang dihasilkan dicuci dengan air suling, kemudian disentrifugasi pada 4000 rpm dan disaring dengan penyaringan hisap. Bahan padat yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 1100 C selama 18 jam dengan hand-ground yang halus untuk menghasilkan 3,25 g kobalt sekam padi-20.



Bahan yang disintesis dikarakterisasi dengan FT-IR (Perkin Elmer System 2000), 29Si MAS teknik resonansi magnetic nuklir (29Si MAS NMR, Bruker DSX-3000), analisis penyerapan N2 ( Micromeritics Instrument Corporation Model ASAP 2000, Norcross) dan difraksi sinar-X (XRD, kristallofex Siemens, model D5000) yang dilengkapi dengan Cu Kα radiasi ג = 1,50 Å). Isi kobalt ditentukan oleh spektroskopi serapan atom (AAS, perkin Elmer, model 3100). Sebelum analisis AAS, sampel dicampur dengan aqua regia dan larutan asam florida. Morfologi bahan dicatat pada transmisi electron mikroskopik (TEM, Model Philips CM12). Pengukuran partikel dilakukan dengan analisis pengolahan citra cell A perangkat lunak. Pemetaan analisis diperoleh dengan cara scanning mikroskop electron (SEM, model 50VP) yang dilengkapi dengan oxford inca 400 energi dispersive X-ray (EDX). Kekasaran permukaan dan morfologi ini ditentukan oleh mikroskop gaya atom (AFM, ULTRAObjective) memberlakukan mode non-kontak. Sifat magnetic nanopartikel ini diselidiki dengan vibrasi sampel magnetik (VSM, DMS, model 8810) pada 300 K, dalam bidang terapan mulai dari -10 sampai 10 kOe. Jumlah sampel yang digunakan adalah 0,018 g.


  1. Hasil dan pembahasan

  1. Karakterisasi material



Gambar 1. Spectrum FT-IR sekam padi silika dan kobalt sekam padi-20
Pita yang diamati mirip dengan penelitian lain. Puncak pada 967 cm-1 pada silika -sekam padi menghilang setelah memperkenalkan kobalt ke dalam kerangka silika . Kejadian ini dapat disebabkan karena adanya kobalt silikat atau hidrosilikat. Reaksi antara partikel kobalt kecil berkelompok dengan hidroksil yang terdapat pada permukaan silika , bentuk kobalt hampir dapat direduksi dengan silikat. Sisipan spektrum pada gambar 1 jelas menunjukkan puncak pada 660 cm-1 untuk kobalt silika sekam padi-20 yang ada pada silika sekam padi. Puncak ini dianggap sebagai spinel obligasi jenis Co-O sesuai dengan Co3O4. Hal ini menegaskan bahwa M-O bidang vibrasi dimana Co2+ adalah tetrahedral terkoordinasi. Adanya Co3O4 dan CoO dapat lebih dibuktikan dari hasil XRD. Hal ini menunjukkan silika zirkonia sebagai katalis kobalt dengan udara pengeringan pada suhu 100o C yang menunjukkan antara fasa kobalt nitrat ke kobalt silikat dan akhirnya menjadi Co3O4. Spektra 29Si MAS NMR dari bahan tersebut akan diperlihatkan pada gambar dibawah ini.


Gambar 2. Spectra 29Si MMAS NMR dari silika sekam padi dan kobalt sekam padi-20.
Silika sekam padi menunjukkan sinyal Q3 dan Q4 masing-masing adalah kelompok Si yaitu (Si-O)3 Si(OH) dan (Si-O)4. Namun kobalt sekam padi-20 hanya menunjukkan pergeseran ke atas pada -113,2 ppm, yang sesuai dengan sinyal Q4 dengan perluasan yang banyak. Perluasan peak menunjukkan adanya interaksi silika dengan kobalt paramagnetic oleh pembentukan dari ikatan Si-O-Co. namun pembentukan kobalt nanopartikel (dibuktikan kemudian) akan menghambat. Pembentukan Si-O-Co yang memungkinkan menyebabkan tidak adanya sinyal Q3 untuk kobalt sekam padi-20.

Permukaan area BET (SBET), volume pori dan diameter pori diperoleh dari serapan N2 dan analisis BJH yang ditunjukkan pada tabel 1.

Penyisipan kobalt ke dalam kerangka silika meningkatkan SBET dari kobalt sekam padi-20 ca.33% dibandingkan dengan silika sekam padi. Hal ini menunjukkan dispersi yang baik dari kobalt dalam matriks silika . Hal ini sesuai dengan hasil XRD (hasil terbukti kemudian). Dengan diameter pori dan volume pori kobalt sekam padi-20 juga meningkat. Seperti karakterisasi ini dapat dikaitkan dengan penggabungan yang lebih besar dari kation seperti Co2+ dalam geometri tetrahedral Si 4+ indikasi ini memang sangat kuat bahwa kobalt telah berhasil dimasukkan ke dalam matriks silika . Shi dan shen menemukan Co-MCM-41 yang menggunakan katalis (5-20% Co) menunjukkan trend peningkatan yang sama dalam diameter pori dibandingkan dengan Co-MCM-41. Peningkatan volume pori, diameter pori dan luas permukaan kobalt sekam padi-20 mungkin mempunyai pengendapan spesies kobalt oksida pada permukaan silika seperti yang disarankan oleh Li dkk. Analisis kimia dengan AAS untuk kobalt sekam padi-20 menunjukkan bahwa ca. 12% dari kobalt berhasil dimasukkan.

Adsorpsi-desorpsi isotherm N2 bersama dengan pola distribusi ukuran pori kedua material digambarkan pada gambar dibawah ini.



Gambar 3. Analisis Adsorpsi-desorpsi N2 dari (a) isotherm silika sekam padi dan kobalt sekam padi-20 dan (b) ukuran distribusi pori silika sekam pasi dan kobalt sekam padi-20.

Adsorpsi isotherm dengan silika sekam padi dan kobalt sekam padi-20 adalah jenis IV, yang menunjukkan padatan mesopori. Namun kobalt silika sekam padi menunjukkan loop histeresis H1 dan silika sekam padi ditunjukkan oleh loop hysteresis H2 yang menunjukkan adanya perubahan dalam struktur pori penggabungan kobalt. Selain itu silika sekam padi menunjukkan bagian yang sempit dan distribusi ukuran pori monomodal (PPSD) dengan rata-rata diameter 3,0 nm sedangkan kobalt sekam padi-20 mempunyai PSD yang lebih luas dengan diameter pori rata-rata 9,0 nm yang ditunjukkan oleh gambar 3b.

Serbuk pola XRD dari material tersebut disajikan pada gambar berikut ini.


Gambar 4. Pola XRD dari silika sekam padi dan kobalt sekam padi-20
Sebuah puncak dengan luas 2θ = 23o , menunjukkan cirri yang khas dari silika yang amorf. Profil kobalt sekam padi-20 hanya menunjukkan sinyal yang lemah dan agak luas. Kerakterisasi puncak CoO, CO3(OH)4Si2O5 dan Co3O4 yang dapat diidentifikasi seperti yang ditunjukkan dalam pola tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil FT-IR yang dibahas sebelumnya pada gambar 1. Fenomena yang serupa juga dilaporkan oleh Dutta dkk dalam penyusunan 10% kobalt/nanoneedles aerogel. Pembentukan CoO kemungkinan besar karena pengurangan Co3O4. Refleksi sesuai dengan Co yang tidak dapat diamati karena disebabkan oleh tumpang tindih dengan sinyal lain atau meluas dari puncak XRD. Hal ini juga bisa disebabkan adanya partikel Co yang sangat kecil. Partikel Co yang kecil tidak terdeteksi dalam XRD yang juga dapat menyebabkan puncak Kristal dilacak.

Pemilihan mikograf TEM dari silika sekam padi dan kobalt silika sekam padi diperoleh perbesaran yang berbeda yang di sajikan dalam gambar (5), gambar (5a) dan (b) berikut ini.



Gambar ini menunjukkan struktur amorf dari silika sekam padi yang berpori.

Bola kobalt nanopartikel dan jarum nanopartikel tersebar sangat luas yang dapat dilihat masing-masing pada gambar (5c) dan (d) berikut ini.

Hal ini sebanding dengan hasil yang diperoleh TEM untuk kobalt sulfide nanopartikel yang disusun dengan reaksi CoCl2.6H2O dengan tiourea dan hidrazin dalam larutan air pada suhu refluks dari 90-95o C. Dalam kobalt sekam padi-20 disintesis pada pH 3, ion kobalt yang tersebar cukup baik tanpa aglomerasi yang banyak. Hal ini diduga karena kisaran pH 2-5 yang menguapkan adsorpsi ion kobalt pada permukaan silika yang bermuatan negative dengan demikian akan dapat meningkatkan disperse kobalt. Dispersi kobalt di dalam kobalt sekam padi-20 bisa lebih jauh dibuktikan dengan SEM dan gambar pemetaan kobalt ditunjukkan pada gambar masing-masing (5e) dan (5f) berikut ini.

Sebuah partikel yang sempit(kecil) dan distribusi ukuran sama dari kobalt sekam padi-20 dengan diameter rata-rata 5,6 nm yang ditampilkan pada histogram gambar 6 berikut ini.




Gambar 6. Ukuran distribusi partikel kobalt nanopartikel yang disintesis. Gambar yang dimasukkan menunjukkan perwakilan TEM partikel dengan rata-rata ukuran 5,6 nm.
Semua pertikel yang diamati sebagai monomodal tanpa pembentukan partikel yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa metode sol-gel yang sederhana dapat digunakan dalam penelitian ini dan layak memproduksi kobalt partikel dengan ukuran 5,6 nm. Hal ini sebanding dengan metodologi yang diterbitkan sebelumnya yang dimulai dengan impregnasi basah, pengeringan, kalsinasi di NO/ yang menghasilkan 18 wt.% (% berat) Co/SiO2 nanopartikel dari diameter ± 4,6 nm.

Gambar AFM dengan kobalt sekam padi ditampilkan pada gambar (7) berikut ini.






Gambar 7.gambar AFM kobalt sekam padi

Topografi permukaan material terdiri dari system pori yang berbentuk bola sejalan dengan analisis TEM. Kekasaran permukaan dengan rata tengah (rms) dari kobalt sekam padi-20 ditemukan menjadi 107,24 nm.


  1. Magnetic properties

Kurva hysteresis magnetic yang diperoleh pada 300 K untuk kobalt sekam padi-20 digambarkan pada gambar 8 berikut ini.



Gambar 8. Magnetisasi (M) versus penerapan (H) kurva dari kobalt sekam padi-20 di 300K.

Saturasi yang sesuai megnetisasi (Ms), koersivitas (Hc) dan kemagnetan remanen (Mr) dicatat masing-masing menjadi 0,245 emu/g. 340,09 Oe dan 0,0115 emu/g. Ms untuk kobalt sekam padi-20 jauh lebih rendah dibandingkan dengan MbulkCo = 166 emu/g. Penurunan Ms sebagian besar disebabkan oleh nanopartikel kobalt kecil silika sekam padi yang disintesis dalam penelitian ini. Cara kerja Hard magnet pada material ini ditampilkan dengan loop hesteresis.material dengan Hc besar (.100 Oe) dikenal sebagai magnet keras. Hesteresis bahan ini menunjukkan adanya suatu bentuk lengkungan yang menunjukkan sifat ferromagnetic (FM) alam dan sebuah bentuk lurus yang sesuai dengan antiferromagnetik (AFM) property. Plot hesteresis serupa dengan magnet yang dilaporkan untuk nanopartikel CoO dengan ukuran mulai dari 10-80 nm yang dibuat dengan metode sol-gel. Adanya CoO dibuktikan dari hasil FT-IR dan XRD pada gambar 1 dan 4 yang dapat menyebabkan peralatan antiferromagenatik dengan kobalt sekam padi-20. Model Co core-shell, dimana inti tersebut diberikan untuk logam Co (ferromagnetic) dan shell yang terdiri dari spesies CoO (antiferromagnetik) seperti yang ditegaskan oleh gambar TEM pada gambar 9 berikut ini.





Gambar 9. Mikograf TEM menunjukkan adanya shell CoO untuk kobalt sekam padi-20.

Kopling antar muka antara sistem inti dan shell dapat menyebabkan Hc dan Mr dan menghasilkan Ms yang lebih rendah seperti yang diperoleh pada penelitia ini. Namun sejauh mana pengaruh antiferromagnetik oleh fase Co sisa masih dalam penyelidikan.




  1. Kesimpulan

Kobalt silika sekam padi nanopartikel disintesis melalui metode sol-gel sederhana dibawah kondisi yang ringan. Pendekatan yang sederhana ini menghasilkan bentuk bola dan seragam nanopartikel mulai dari 2-15 nm. Tinggi luas permukaan BET menunjukkan disperse yang sangat baik dari kobalt yang terdapat dalam matriks silika . Karakterisasi dengan FT-IR dan XRD mengungkapkan adanya CoO, Co3O4 dan Co silikat hidroksida dalam material ini. Kobalt sekam padi-20 ditemukan untuk menunjukkan kedua sifat ferromagnetic dan antiferromagnetik karena system core-shell. Ukuran kecil dari sintesis hasil partikel mempunyai nilai Ms lebih rendah dibandingkan dengan Ms bagian terbesar dari kobalt.

PERTANYAAN & JAWABAN


  1. Jelaskan fungsi penambahan HNO3 1 M dan HNO3 3 M dalam sintesis Kobalt silika sekam padi!

Jawaban:

HNO3 1 M  untuk menghilangkan logam-logam pengotor pada sekam padi sebelum melalui proses sintesis

HNO3 3 M untuk menghasilkan suasana asam (pH= 3) karena sintesis harus dilaksanakan pada suasana sangat asam dengan pH = 3


  1. Jelaskan proses sintesis kobalt-silika dalam sekam padi!

Jawaban:
Digunakan untuk menghilangkan logam dari sekam padi

30,0 g sekam padi dicuci dan dikeringkan

Diaduk dalam 500ml HNO3 selama semalam

Dicuci secara menyeluruh dengan air suling berlebih

Sekam padi-HNO3

Sekam padi Dikeringkan dalam oven pada suhu 1100 C selama 24 jam

Diaduk dengan keras selama 24 jam

Ditimbang dan ditambahkan ke 500ml NaOH 1M


Filtrate yang mengandung silikat disimpan dalam wadah tertutup

Natrium disaring

Jumlah silica diekstraksi dari sekam padi yang diduga mempunyai perbedaan massa antara sekam padi-HNO3 dan sekam padi NaOH

Residu

Digunakan sebagai sumber silika




  1. Perhatikan spektra FT-IR di bawah ini:

Berdasarkan spektra di atas, jelaskan keberadaan kobalt dan silika berdasarkan puncak-puncak khasnya!



Jawaban:

Pita yang diamati mirip dengan penelitian lain. Puncak pada 967 cm-1 pada silika -sekam padi menghilang setelah memperkenalkan kobalt ke dalam kerangka silika . Kejadian ini dapat disebabkan karena adanya kobalt silikat atau hidrosilikat. Reaksi antara partikel kobalt kecil berkelompok dengan hidroksil yang terdapat pada permukaan silika , bentuk kobalt hampir dapat direduksi dengan silikat. Sisipan spektrum pada gambar 1 jelas menunjukkan puncak pada 660 cm-1 untuk kobalt silika sekam padi-20 yang ada pada silika sekam padi. Puncak ini dianggap sebagai spinel obligasi jenis Co-O sesuai dengan Co3O4. Hal ini menegaskan bahwa M-O bidang vibrasi dimana Co2+ adalah tetrahedral terkoordinasi.




  1. Perhatikan spektra 29Si-MMAS NMR di bawah ini:

Berdasarkan spektra di atas, jelaskan tentang interaksi antara Kobalt dan Silika nanopartikel!



Jawaban:

Silika sekam padi menunjukkan sinyal Q3 dan Q4 masing-masing adalah kelompok Si yaitu (Si-O)3 Si(OH) dan (Si-O)4. Namun kobalt sekam padi-20 hanya menunjukkan pergeseran ke atas pada -113,2 ppm, yang sesuai dengan sinyal Q4 dengan perluasan yang banyak. Perluasan peak menunjukkan adanya interaksi silika dengan kobalt paramagnetic oleh pembentukan dari ikatan Si-O-Co. namun pembentukan kobalt nanopartikel (dibuktikan kemudian) akan menghambat. Pembentukan Si-O-Co yang memungkinkan menyebabkan tidak adanya sinyal Q3 untuk kobalt sekam padi-20.




  1. Jelaskan tentang perbedaan TEM dan SEM pada karakteristik Kobalt-Silika sekam padi!

Jawaban:

Perbedaan mendasar dari TEM dan SEM adalah pada cara bagaimana elektron yang ditembakkan oleh pistol elektron mengenai sampel. Pada TEM, sampel yang disiapkan sangat tipis sehingga elektron dapat menembusnya kemudian hasil dari tembusan elektron tersebut yang diolah menjadi gambar. Sedangkan pada SEM sampel tidak ditembus oleh elektron sehingga hanya pendaran hasil dari tumbukan elektron dengan sampel yang ditangkap oleh detektor dan diolah.
Yüklə 77,69 Kb.

Dostları ilə paylaş:




Verilənlər bazası müəlliflik hüququ ilə müdafiə olunur ©www.genderi.org 2024
rəhbərliyinə müraciət

    Ana səhifə